"Kita sudahi saja hubungan ini"
Terdapat pesan singkat dari  Satria, dan seketika tubuh Dinda menjadi lemas tak berdaya. Seperti pohon yang tumbang terkena badai.
"Apa maksudnya bang, ade tidak mengerti. Abang sedang bercanda kan?" balas Dinda "Tidak, aku tidak bercanda. Aku capek selalu bertengkar seperti ini"
"Bang, ade boleh telfon?"
"Maaf sini sedang tidak kondusif signal-nya"
"Bang, aku tidak ingin akhiri hubungan ini"
"Sudah kita instropeksi diri saja. Makasih dan selamat malam"
"Sayang....tolong jangan seperti ini, kita selesaikan baik-baik. Ada apa sebenarnya?"
Tidak ada lagi balasan dari Satria. Dinda berkali-kali telfon ke ponselnya Satria berharap akan ada jawaban. Namun usahanya sia-sia, Â ponsel Satria sudah tidak aktif lagi. Semakin hancur hati Dinda. Perpisahan yang tanpa alasan dan tanpa sebab. Bagaikan terhantam batu yang keras .
Berhari-hari Dinda menunggu kabar dari Satria. Semenjak kejadian itu Dinda menjadi pemurung dan kurang semangat. Dinda masih berharap hubungannya bisa diperbaiki lagi. Tiba-tiba ponsel Dinda berdering. Panggilan dari Satria, tak lama Dinda mengangkat dengan penuh semangat dan harapan.
"Hallo, bang ...."