Untuk yang ketiga kalinya wanita berambut pirang itu kembali aku temui di Ruang Baca yang bersebelahan dengan mejaku, hanya dipisahkan oleh sebuah rak yang berisi buku-buku tua.Â
Kali ini aku sempat menghampiri wanita berambut pirang itu. Kuulurkan tangan, menyebut namaku sambil tersenyum. Wanita itu menyambut uluran tanganku sambil menyebut namanya: "Jane De Jong!"Â
Ada yang mengejutkan dari perkenalan ini yaitu yang awalnya dialog menggunakan bahasa Inggris, tiba-tiba Jane menjawab setiap obrolanku dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih.Â
"Wow Bahasa kamu fasih sekali Jane."Kataku kagum. Jane hanya tersenyum. Dia bercerita Ayahnya dulu juga fasih berbahasa Indonesia. Ketika aku bertanya sedang mempelajari apa dengan buku-buku berbahasa Belanda itu.Â
Jane hanya menjawab ingin kembali membaca kisah-kisah kejayaan indutsri gula pada masa-masa kolonial, pada saat negeri ini adalah pengekspor gula di Dunia tahun 1941. Juga sambil bernostalgia.Â
"Kamu sendiri sedang mempelajari apa aku lihat setiap Jumat sore ada di perpustakaan ini?" Tanya Jane.Â
"Ada tugas yang harus kuselesaikan dalam tiga bulan masa percobaan sebagai pegawai baru di Lembaga Riset ini."Jawabku.Â
"Tugas tentang apa?"Â
"Tentang industri gula pada masa kolonial Belanda." Mendengar penjelasanku, Jane tampak antusias dengan gestur dan ekspresi wajah kagum."Â
"Aku bisa bantu kamu menerjemahkan buku-buku berbahasa Belanda ini." Kata Jane. Kalimat ini bagaikan petir di siang bolong. Aku terperangah dan baru sadar di depanku ini ada gadis bule asal Belanda pandai pula berbahasa Indonesia.Â
Maka tanpa menunggu waktu lagi, beberapa buku berbahasa Belanda itu segaja dipilihkan oleh Jane. Diterjemahkan langsung dan aku menyimak, mencatat semua bahan-bahan penting termasuk data. Â