Oleh karena itu jadwal berselancar di Perpustakaan hanya bisa aku lakukan seusai jam kerja. Perpustakaan dengan Bangunan Kolonial tersebut memang buka setiap hari sampai pukul 18.00 WIB.Â
Terlalu asyik membaca dan menulis beberapa catatan untuk bahan review, sampai-sampai aku tidak sempat melihat kapan wanita berambut pirang itu meninggalkan ruang bacanya. Â
Tetiba aku malah dikejutkan sapa dari Pak Yunus, Pengelola Perpustakaan. "Mas sebentar lagi perpus tutup lho, ayo siap-siap!",katanya.Â
"Baik Pak. Ini juga sudah selesai membaca buku-buku," kataku singkat.Â
"Ini buku-buku berbahasa Belanda dan hanya sedikit yang berbahasa Inggris. Buku-buku tua tapi masih sering dicari banyak orang terutama tamu-tamu dari Belanda." Penjelasan Pak Yunus kepadaku sambil bergegas menuju keluar diikuti aku di belakangnya.Â
Sebenarnya sudah banyak bahan-bahan yang terkumpul sebagai referensi dalam pembuatan review tentang industri gula pada masa kolonial.Â
Namun rasanya bahan tulisan penting, banyak yang belum aku dapatkan adalah dari buku-buku berbahasa Belanda itu.Â
Aku berusaha mencari solusi bagaimana caranya bisa mempelajari buku-buku berbahasa Belanda itu.Â
Tidak mungkin aku harus menerjemahkan satu dua kata, satu dua kalimat melalui kamus. Sementara waktu semakin dekat dengan deadlines.Â
Seperti biasa setiap Jumat pagi beberapa agenda kalibrasi instrumen laboratorium harus segera dievaluasi dan didiskusikan dengan tim laboratorium.Â
Semua kegiatan tersebut baru selesai menjelang sore. Biasanya setelah itu aku baru sempat ke Perpustakaan, berselancar data untuk memenuhi tugas masa percobaan pegawai baru.Â