Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Cinta di Jerami Jamur Merang

6 Mei 2024   21:55 Diperbarui: 6 Mei 2024   22:17 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah Kerja Nyata atau KKN baru memasuki satu pekan dari rencana 8 pekan sesuai jadwal dari Fakultas. Pada pekan pertama ini baru satu program yaitu pembuatan jamur merang. 

Sengaja program ini didulukan agar nanti masih sempat bisa menyaksikan panen jamur dalam 3 - 4 pekan ke depan. Program jamur merang ini menjadi program unggulan yang nantinya bisa diterapkan oleh penduduk desa setempat, Desa Cilengsi. 

Dengan memahami tahap-demi tahap pengerjaan pembuatan jamur merang, penduduk desa yang sebagian besar adalah petani bisa menjadikan budidaya jamur merang sebagai mata pencaharian tambahan. 

Ada 5 Mahsiswa yang bertugas menjalankan program KKN ini. Dua mahasiswa dari Fakultas Teknologi Pertanian yang ada dalam tim yaitu Alan Erlangga dan aku, sekaligus sebagai Ketua Tim KKN. 

Tiga mahasiswa lainnya, Adrian Halim dari Faklutas Sosial Ekonomi Pertanian, Leo Sinaga dari Fakultas Kedokteran Hewan dan Stefani Tan dari Statistik, satu-satunya wanita dari lima mahasiswa peserta KKN. 

Stefani Tan adalah sosok gadis peranakan Mandarin berkulit kuning langsat. Mahasiswi calon Sarjana Statistik ini pernah bersamaku waktu tahun pertama pada program Tingkat Persiapan Bersama, sehingga aku sudah pernah dekat mengenalnya.  

Stefani Tan, biasa aku akrab memanggilnya dengan Fani, adalah anak jenius dalam bidang matematika. Tepat jika dia mengambil jurusan MIPA bidang Statistik. 

Mungkin karena dulu pernah bersama dalam dua semester tahun pertama kuliah, Stefani lebih sering bersamaku dalam segala kegiatan keseharian menjalankan program KKN. 

Bahkan beberapa kali Stefani curhat karena ada tanda-tanda Leo Sinaga, pemuda Batak ganteng yang calon dokter hewan ini mencoba mendekatinya selama KKN ini. 

"Hen! Gimana ini?" Kata Stefani seperti kebingungan ketika Leo ingin mengajaknya melewatkan malam Minggu dengan melihat Pasar Malam di Desa Cilengsi, tempat kami melakukan KKN. 

"Gimana kenapa?" 

"Gimana cara jawabnya?" Aku hanya tersenyum  melihat tingkah manja Fani yang memang sosok anak tunggal di tengah keluarganya. 

"Boleh aku lihat isi pesan Leo di ponselmu?" 

"Nih!" Kata Fani sambil menyerahkan ponselnya dengan memamerkan bibirnya yang cemberut, tapi gadis ini malah tambah cantik. 

"Kamu jawab aja. Ya!" Kataku sambil menyerahkan kembali ponsel Fani. 

"Terus aku gimana?" 

"Ya gak gimana-gimana," seruku sambil tertawa. 

"Aaah Hendarno kamu jahat," suara manja anak kesayangan Mami ini mulai kumat. 

"Fani, begini saja. Kamu pergi saja bersama Leo ke Pasar Malam itu. Nanti aku dan Alan menyusulmu," kataku memberikan solusi. 

"Nah gitu dong. Aku jadi tenang. Makasih ya Hen!" 

Jujur saja tingkah manja Stefani ini membuat aku kembali teringat masa-masa indah bersama Erika Amelia Mawardini. 

Gadis pujaanku itu sudah menjadi masa laluku karena perjodohan antar keluarga. Takdir sudah menjadi keputusan yang harus aku ikhlaskan. 

Pasa Malam Desa Cilengsi sangat meriah untuk ukuran sebuah desa. Terlihat juga penduduk desa melimpah ruah di area pasar tersebut, membuktikan bahwa mereka haus akan hiburan murah. 

Aku dan Alan ikut menikmati kemeriahan tersebut sambil mataku mencari sosok Stefani dan Leo sedang ada di mana. Di tengah keasyikan memperhatikan meriahnya Pasar Malam, tetiba tangan kananku ada yang memegang. 

"Hen! Akhirnya kamu datang juga." Suara Stefani sambil tangan kirinya memegang tangan kananku. Di sebelahnya aku lihat Leo hanya terpana heran dengan sikap Stefani kepadaku. 

Aku semakin terkejut ketika Stefani menarik tanganku dan membawa ke sebuah wahana Kuda Terbang. Apa yang dilakukan Stefani di depan Alan dan Leo itu membuat aku seperti kerbau dicocok hidung. 

"Hei Fani! Itu lihat Si Leo cemburu."

"Biar saja. Aku memang gak suka pergi sama dia!" Suara Fani ketus. 

Sungguh  aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Fani. Ini semua hanya sekedar aksi nyata dari ketidak sukaan Fani kepada Leo. Namun aku jadi merasa tidak enak sama Leo. 

Hingga pagi itu ketika aku tengah menyiram tumpukan merang yang berisi bibit jamur, peritiwa semalam itu masih menjadi bagian dari pikiranku. 

Stefani sebegitu atraktif menggandengku di arena Pasar Malam itu. Alan dan Leo yang saat itu ada di sana pasti memiliki kesan bahwa ada apa-apa di antara aku dan Fani. 

Tingkah Stefani semalam itu juga kembali mengingatkan aku kepada Erika. Ya aku tampaknya belum bisa move on dari Erika padahal sudah hampir tiga tahun lalu peritiwa pahit itu terjadi. 

Aku masih berdiri memandang tumpukan merang di depanku. Mungkinkah ada cinta di sana, cinta yang dulu pernah aku miliki? 

Mungkin tidak ada cintaku di sana, yang jelas ada dalam tumpukan jerami di depanku ini adalah jamur merang, bukan cintaku yang hilang. Entah kemana aku harus mencari kembali cintaku yang hilang itu. 

Namun ada satu hal yang mebuatku bertanya, kenapa sejak beberapa hari ini aku selalu memikirkan tentang Stefani Tan? 

Apakah karena hampir setiap hari aku selalu bersamanya. Hal itu memungkinkan karena sebagai Ketua Tim KKN tugasku harus memantau setiap program yang dikerjakan oleh semua anggota tim. 

Walaupun faktanya waktuku selalu tersita oleh permintaan Stefani agar selalu menemaninya kemanapun dia pergi. Gadis manja ini malah terang-terangan tidak mau diganggu oleh Leo yang terus berusaha melakukan pendekatan. 

Seperti sore itu dari Kantor Desa, Stefani baru saja selesai mengumpulkan data mengenai kependudukan yang berkaitan dengan angka kelahiran dan kesehatan Ibu hamil. 

"Ayo Hen! Aku sudah selesai." Ujarnya. Aku yang sedari tadi berada di ruang tunggu Kantor Desa segera beranjak dari kursi. 

Diam-diam aku perhatikan gadis cantik berkulit bersih ini. Postur tubuhnya yang semampai enak dilihat. Rambutnya dibiarkan terurai sampai dengan bahunya menambah kesan anggun.  

"Hai Hendarno! Kamu kok memandangku seperti itu?" Aku baru tersadar kalau tadi terlalu lama memandang Stefani saking terpana pada kecantikan gadis oriental ini. 

"Eh nggak kok. Aku cuma melihat ada bintang sinetron Drakor di depanku." Candaku. 

"Ah ngawur kamu!" Kata Fani tertawa kecil terlihat senang, sambil tangannya mencubit perutku. Aku hanya mengaduh karena kaget. 

Kedekatan dengan Stefani semakin erat. Entah apa yang terjadi seakan aku sudah menemukan kembali cintaku yang hilang. 

Aku mengisi banyak hari-hari bersama Stefani dalam kegiatan KKN di Desa Cilengsi itu. Bagaimana dengan Leo? Ternyata pemuda ganteng ini masih belum menyerah. Hubungan dengan Leo yang satu pondokan berempat, tidak ada ganjalan. 

Stefani sendiri menginap di rumah Kepala Desa, karena dia wanita tidak bareng dengan pondokan mahasiswa pria yang lain. 

Aku salut dengan kegigihan Leo untuk merebut hati Stefani Tan. Tentu saja aku tidak mencegah Leo untuk tetap berusaha merebut hati Stefani. 

Sebenarnya aku hanya merasa yakin, Stefani akan menolak cinta Leo. 

"Jangan terlalu yakin Bro." Kata Alan Erlangga, sobatku sejak SMA dulu yang selalu setia. 

Alan yang juga tahu kisah cintaku yang kandas dengan Erika, selalu memberikan semangat padaku. 

"Alan tenang saja. Aku tahu betul siapa Stefani." 

"Hen! Bagaimanapun kamu jangan keduluan Leo untuk menembak dia." Saran Alan. Aku hanya tersenyum mendengar saran Alan. 

Sejak dialog itu, hari-hari berlalu hingga pekan ke-7 ini aku masih belum sempat mengutarakan isi hatiku. Kendati setiap hari aku selalu bersama Stefani. 

Malam itu aku baru selesai memanen jamur merang untuk yang ketiga kalinya. Baru saja selesai mandi dan berganti pakaian, tetiba ada notifikasi dari ponselku. 

Stefani kirim pesan ingin bertemu malam ini juga. Aku ditunggu di pondokannya. Aku segera bergegas sampai lupa berpamitan kepada Alan. Ini pasti ada hal yang penting sekali. 

Gadis manja itu sudah menungguku di teras rumah pondokannya. Stefani menyambutku dengan wajah galau. 

"Fani! Ada apa ini?" 

"Hen! Selama ini yang aku takutkan terjadi juga." 

"Apa yang kamu takutkan?" 

"Leo sudah menembakku!" Kata Stefani sambil menatapku tajam. Aku terkejut mendengar pejelasanya. Ternyata benar yang dikatakan Alan. 

"Lalu kamu sendiri bagaimana?" Mendengar pertanyaanku ini, Stefani hanya tertunduk. Kini aku yang merasa galau. Jangan-jangan Stefani sudah membalas cinta Leo. 

"Aku menolaknya!" Tegas Stefani Tan. Aku menarik nafas lega rasanya plong berarti masih ada harapan. 

Tidak terasa program-program KKN sudah rampung semua. Acara perpisahan di Kantor Desa berlangsung dengan penuh haru. 

"Hendarno!" Suara Stefani melamaikan tangannya memanggilku. Aku menghampirinya. Stefani menyambutku dengan senymnya. Di sampingnya ada seorang pria berusia lebih tua dariku. 

"Hen! Kenalkan ini tunanganku. Bulan depan kami akan menikah. Kamu datang ya!" Aku menjabat erat tangan pria tunangan Stefani Tan. 

Kini baru aku sadar kenapa Stefani menolak cinta Leo Sinaga. Aku juga baru sadar ternyata hingga KKN ini berakhir yang kutemukan di jerami padi itu hanya jamur merang, bukan cintaku yang hilang. 

@hensa17. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun