Pasa Malam Desa Cilengsi sangat meriah untuk ukuran sebuah desa. Terlihat juga penduduk desa melimpah ruah di area pasar tersebut, membuktikan bahwa mereka haus akan hiburan murah.Â
Aku dan Alan ikut menikmati kemeriahan tersebut sambil mataku mencari sosok Stefani dan Leo sedang ada di mana. Di tengah keasyikan memperhatikan meriahnya Pasar Malam, tetiba tangan kananku ada yang memegang.Â
"Hen! Akhirnya kamu datang juga." Suara Stefani sambil tangan kirinya memegang tangan kananku. Di sebelahnya aku lihat Leo hanya terpana heran dengan sikap Stefani kepadaku.Â
Aku semakin terkejut ketika Stefani menarik tanganku dan membawa ke sebuah wahana Kuda Terbang. Apa yang dilakukan Stefani di depan Alan dan Leo itu membuat aku seperti kerbau dicocok hidung.Â
"Hei Fani! Itu lihat Si Leo cemburu."
"Biar saja. Aku memang gak suka pergi sama dia!" Suara Fani ketus.Â
Sungguh  aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Fani. Ini semua hanya sekedar aksi nyata dari ketidak sukaan Fani kepada Leo. Namun aku jadi merasa tidak enak sama Leo.Â
Hingga pagi itu ketika aku tengah menyiram tumpukan merang yang berisi bibit jamur, peritiwa semalam itu masih menjadi bagian dari pikiranku.Â
Stefani sebegitu atraktif menggandengku di arena Pasar Malam itu. Alan dan Leo yang saat itu ada di sana pasti memiliki kesan bahwa ada apa-apa di antara aku dan Fani.Â
Tingkah Stefani semalam itu juga kembali mengingatkan aku kepada Erika. Ya aku tampaknya belum bisa move on dari Erika padahal sudah hampir tiga tahun lalu peritiwa pahit itu terjadi.Â
Aku masih berdiri memandang tumpukan merang di depanku. Mungkinkah ada cinta di sana, cinta yang dulu pernah aku miliki?Â