Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu

28 Juli 2023   08:06 Diperbarui: 28 Juli 2023   09:37 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koruptor (Foto Edi Wahyono/Detikcom). 

"Max kenapa Anda tadi kok tidak memberikan sanggahan di sidang itu?" Tanya salah seorang rekan satu fraksi bernama Bandit To. 

"Percuma Bro Dit. Ada huluman mati atau tidak tetap saja manusia akan mati." 

"Ya tapi kalau hukuman mati kan matinya terpaksa." 

"Enggak juga itu namanya takdir." 

"Hai Maxiat! Apakah kamu mau takdirmu hadir?" 

Mendengan pertanyaan ini Bung Max tertawa lebar sampai terlihat giginya berbaris menunjukkan kesombongannya. 

"Bagaimana dong nasib kita?" Bandit To, rekan satu fraksi itu khawatir dengan nasibnya. 

Dia adalah rekan satu tim dalam sebuah korupsi besar sebuah proyek yang hingga saat ini belum mampu diungkap oleh KAK. 

"Tenang saja. Orang-orang yang sekarang tertangkap tangan oleh KAK tidak bisa ngomong tentang kita karena tidak ada bukti." 

Mendengar penjelasan Maxiat ini Sang Rekan terlihat agak tenang. Benar juga belum ditemukan bukti-bukti kuat tentang perbuatan korupsi mereka. 

"Kamu lihat Bro Dit. Adakah di antara rekan kita yang tertangkap KAK?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun