Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu

28 Juli 2023   08:06 Diperbarui: 28 Juli 2023   09:37 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koruptor (Foto Edi Wahyono/Detikcom). 

"Iya benar Max. Tapi apakah akan aman seterusnya? Hukuman mati lho." Rekan Bung Maxiat ini kembali ragu dengan jaminan keamanannya. Dia rupanya takut dengan hukuman mati. 

Maxiat kembali tertawa melihat rekan satu fraksinya itu ketakutan. 

"Kamu itu lucu seakan kematian sudah menjadi keputusan manusia. Tuhan lho Bro yang memutuskan kematian itu." Ujar Maxiat. 

Rekan satu fraksi itu hanya terdiam menunduk dalam sebuah renungan. Dia membenarkan bahwa kematian itu adalah hak dari Tuhan. 

Akhirnya mereka meninggalkan Gedung Parlemen yang megah penuh dengan kebanggaan yang katanya sebagai tempat terhormat para wakil rakyat, bukan sarang para koruptor sebagaimana kesan masyarakat. 

Maxiat degan penuh ceria menuju tempat parkir di mana mobil mewah merk Eropa tahun terbaru itu diparkir. Begitu juga rekannya, Bandit To menuju tempat parkir yang sama. 

Pria berperut buncit dengan dandanan resmi jas hitam, dasi, sepatu yang nilainya ratusan juta ini, berjalan penuh rasa bangga sebagai anggota parlemen. 

Membuka pintu mobil mewahnya dan menyuruh Sang Sopir menjalankan mobil bergerak meninggalkan pelataran parkir Gedung Parlemen. 

Sementara itu rekannya, Bandit To meluncur di jalan mulus Ibukota menuju rumahnya di Pondok Sorga Indah. Selama perjalanan itu Bandit To tetap merasa heran dengan sikap rekannya, Maxiat. 

Sudah hampir Maghrib Bandit To sampai di rumah, disambut istrinya dengan penuh cinta. Menuju ruang tengah dia melihat televisi sedang menyiarkan berita hangat sore itu. 

Sebuah kecelakaan maut terjadi di sebuah perlintasan kereta api. KRL reguler Ibukota menabrak sebuah sedan mewah hingga terseret puluhan meter dan dua penumpangnya tewas di tempat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun