"Sudah, sudah, jangan menangis lagi." Suara Prasaja lembut sambil tangan Pria ganteng ini mengusap air mata di kedua pipi istrinya.
"Mas gimana dengan permintaan kita pada Dik Tami agar Raisa ikut kita." Pinta Adzkia kepada suaminya agar kembali mengulangi permintaan tersebut. Mereka berharap Raisa bisa tinggal bersama di Malang.
"Iya nanti aku bilang lagi sama Tami. Nanti liburan bulan depan ini ajak saja Raisa berlibur di Malang."
Ada rasa lega dalam hati Prasaja ketika dirinya dengan tegas menolak poligami. Menolak keinginan istrinya untuk menikahi Anita demi momongan.
Soal permintaan Adzkia untuk Raisa, itu adalah hal yang mudah. Raisa sangat dekat sekali dengan Budenya. Ini yang akan memudahkan izin dari Utami.
Prasaja yakin, adiknya, Renata Utami pasti akan mengabulkannya jika saatnya tiba untuk berbicara padanya.
Prasaja juga lega karena dia juga sudah memenuhi janjinya untuk segera menjawab permintaan Adzkia yang sempat tertunda karena padatnya pekerjaan di tempat dia bekerja.
Janji Prasaja menjawab permintaan poligami dari istrinya sudah jelas ditolaknya. Sudahn tuntas janji itu.
Wanita cantik seperti Adzkia sangat  tidak layak untuk diduakan. Walaupun itu adalah permintaannya sebagai wujud kasih cinta kepada suaminya yang rindu momongan. Karena dia sendiri tidak bisa memberikan keturunan.
Prasaja hanya berharap degan hadirnya Raisa, keponakannya berada di tengah-tengah mereka, maka rumah tempat tinggal akan hangat dengan celoteh gadis kecil cantik nan lucu ini.
Semoga pula Adzkia menemukan kebahagiaannya dan segera melupakan segala duka karena tidak mampu memberi keturunan kepada Prasaja.