Prasaja masih ingat dan selalu terngiang-ngiang ucapan istri tercintanya, Adzkia, ketika dia mengatakan agar dirinya menikah dengan Anita, saudara sepupu Adzkia, untuk mendapatkan keturunan.
Pria ganteng dan kalem ini sangat prihatin dengan kondisi Adzkia yang baru saja diangkat rahimnya karena kanker. Sang Istri jelas sudah tidak mungkin lagi memberikan keturunan.
Namun permintaan Adzkia itu sangat sulit untuk dipenuhi. Bagaimana mungkin dirinya harus menikah dengan Anita.
Apa yang akan dirasakan oleh batin Adzkia jika dirinya harus menikah dengan saudara sepupunya itu. Tidak masuk akal permintaan Adzkia ini.
Anita memang wanita cantik nan molek yang sekarang sedang matang kedewasaannya. Apalagi Anita selama ini selalu mengidolakan seorang Prasaja.
Namun tidak pernah terpikir sekelebatpun dalam benak Prasaja untuk menikahi Anita. Walaupun Adzkia sudah memberikan izin untuk melakukan poligami demi seorang anak, namun Prasaja tetap tidak bisa dan tidak mau melakukannya. Terlalu berat tanggung jawab yang dipikulnya.
Jika hanya untuk mendapatkan seorang anak, hal itu bisa dilakukan tanpa harus menikahi lagi dengan wanita lain. Begitu yang ada dalam pikiran Prasaja.
Sejenak Prasaja teringat Raisa, keponakannya yang sangat dekat dengan Adzkia. Prasaja juga tahu Adzkia sangat menyukai gadis kecil yang masih duduk di kelas satu SD ini.
Raisa adalah anak sulung  Renata Utami, adik bungsu Prasaja. Selama ini Utami sering memberikan semangat kepada kakak iparnya, Adzkia.
Meski saat ini sudah tidak mungkin lagi bagi Adzkia untuk mendapatkan keturunan karena rahimnya sudah diangkat.