Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Mafia Kebun Tebu

27 Juni 2021   13:57 Diperbarui: 27 Juni 2021   15:04 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak Solihin, seharusnya kita tidak lagi membiarkan Broto melakukan sabotase lagi." Kata Karyono, wakil manajer pabrikasi.

"Iya tapi kita tidak punya bukti. Apalagi saksi," suara Solihin datar menanggapi pendapat wakilnya di unit pabrikasi itu.

"Jangan khawatir, saya punya saksi mata yang bisa kita pertemukan dengan Pak GM!" Suara Karyono dengan tekanan suara yang mantap.

Ruangan berpendingin AC itu mendadak panas ketika mereka berdua memperbincangkan masalah tebu terbakar yang berkaitan dengan Brotodewo. 

BACA JUGA : Sebuah Permintaan

Karyono Ariadi adalah wakil manajer pabrikasi di bawah Solihin yang menjadi manajer. Mereka sudah lama berpartner sejak dari Pabrik Gula (PG) dengan kapasitas kecil hingga PG yang sekarang mereka tangani ini yang kapasitasnya cukup besar.

Boleh dikatakan Solihin dan Karyono ini sudah seperti kakak beradik saking seringnya mereka berpartner dalam penugasan dari PG ke PG.

Karyono memang berusia jauh lebih muda dari Solihin. Namun masa kerja Karyono juga hampir sama dengan Solihin. Kemampuan teknis dan skill dalam manajemen juga cukup lumayan tidak kalah dengan Solihin.  

Sehingga dia sebenarnya pantas sudah duduk sebagai manajer pabrikasi. Tetapi tradisi di PG adalah harus mengikuti urutan kacang. Karyono pun akhirnya harus menunggu giliran seniornya lengser.

Selama Solihin masih menjabat maka Karyono tidak bisa promosi. Kecuali mengisi jabatan yang kosong di PG lain. Hal yang tidak mudah karena proses regenerasi di PG lain juga sama.

"Kar! Kamu jangan mulai ngarang lagi seperti tahun lalu ya!" Suara Solihin di ruang kerjanya ketika mereka hanya berbincang berdua pada saat jam istirahat.

"Tidak Mas, ini aku punya saksi bisa diandalkan. Aku yakin dengan saksi ini Broto tidak akan lagi berdaya menghadapi GM kita." Karyono mencoba meyakinkan Solihin bahwa langkahnya itu akan berhasil.

Entah bagaimana Solihin merasakan tidak begitu nyaman dengan apa yang dilakukan oleh Karyono ini. Karena tahun lalu akibat konfliknya dengan Brotodewo hampir saja membuat dirinya terdesak dipermalukan di depan GM Prasaja.

Akibat rebutan giling Solihin harus mendulukan kebun milik mantan pejabat yang dulu atasannya di Pabri Gula. Sementara jadwal saat itu adalah giliran giling untuk area kebun Brotodewo.

Pengalaman tahun lalu bagi Solihin jangan sampai terulang lagi hanya gegara kekonyolan seorang Karyono yang membakar kebun milik Brotodewo, tanpa kordinasi dengannya.

Sebenarnya masalah tebu terbakar memang sudah selesai tapi polemik yang berkecamuk dalam benak Prasaja Utama masih belum selesai.

Polemik itu adalah antara Solihin, Kepala Pabrikasi dan Brotodewo, Ketua Asosiasi Petani Tebu. Sebagai GM Pabrik Gula, Prasaja harus mampu berdiri di tengah.

Mereka memberikan keterangan yang saling bertolak belakang. Masing-masing pihak saling menuduh sebagai pelaku dari insiden-insiden tebu terbakar beberapa minggu ini.

Prasaja sengaja tidak mempertemukan keduanya untuk memberikan klarifikasi. Membiarkan isu-isu tersebut mengambang, terlebih lagi sekarang insiden tebu terbakar sudah tidak pernah terjadi lagi karena musim hujan mulai menjelang.

Solihin sebagai bawahan Prasaja dalam struktural pabrik gula, tentu menjadi tanggung jawabnya dihadapan Direksi. Prasaja Utama sebagai GM harus mampu untuk percaya kepada staf yang membidangi salah satu unit proses di pabrik.

Apalagi Solihin adalah orang lama pabrik ini yang sangat berpengalaman dengan liku-liku dan dinamika yang terjadi setiap musim giling.

Sebagai GM termuda di perseroan ini, Prasaja masih membutuhkan seorang berpengalaman seperti Solihin yang bisa dijadikan sebagai bahan referensi untuk pertimbangan sebuah kebijakan yang akan ditempuh.

"Hujan dua hari ini seolah sudah menghentikan semua insiden tebu terbakar." Kata Prasaja memancing pembicaraan ketika siang itu sengaja mendatangi ruang kerja Solihin.

"Iya benar Pak." Kata Solihin membenarkan.

Terus terang saja Solihin merasakan ada hal yang lain dari kedatangan GM Prasaja. Ini pasti ada hal yang penting.

Solihin mulai berfikir bahwa ini bukan hanya tentang kasus tebu terbakar atau persoalan limbah cair yang menyebabkan pabrik mendapatkan peringkat hitam dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Ruangan Kabag Pabrikasi yang ber AC sejuk, siang itu hening. Namun tetiba suara GM Prasaja seakan membuat Solihin seperti mendengar suara halilintar.

"Pak Solihin! Maaf, orangnya Broto datang menjadi saksi. Dia membeberkan semua yang terjadi dengan tebu terbakar."

Mendengar pernyataan Prasaja terlihat Solihin tetap tenang. Kabag Pabrikasi itu sengaja hanya diam menunggu kalimat berikutnya.

"Tetapi sebagai GM, saya tidak percaya dengan kesaksiannya." Kata Prasaja melanjutkan.

"Terimakasih Pak GM. Saya senang Bapak masih memberi kepercayaan. Saya juga ingin mendatangkan saksi yang melihat sendiri perbuatan Broto dan teman-temannya."

"Baik! Besok pagi saya tunggu di Ruang saya!" Seru Prasaja dalam kalimat perintah.

"Baik Pak." Kata Solihin sambil mengangguk.

GM Prasaja akhirnya meninggalkan ruangan Kabag Pabrikasi diantar Solihin hingga ujung pintu.

Bagi Solihin, seorang Brotodewo adalah bukan sosok yang asing. Bertahun-tahun dia berhadapan dengan juragan tebu terkaya di area pabrik gula tersebut.

Solihin yang sudah lama berkecimpung dalam dunia pertebuan, sangat mengenal liku-liku mafia kebun tebu.

Bagaimana dia selalu menerima tekanan dalam pemilihan kebun yang harus didulukan tebunya untuk digiling.

Peran Brotodewo sangat sentral ditengah-tengah para petani tebu. Selain karena dirinya adalah Ketua Asosiasi Petani Tebu, tapi juga dia adalah orang yang memiliki area tebu terluas diantara para petani itu.

Solihin dan Karyono membawa seorang staf mereka dari bagian pabrikasi menghadap GM Prasaja Utama.

"Pak GM, ini Pak Karyono dan salah satu anggotanya yang menjadi saksi mata peristiwa tebu terbakar." Solihin memberikan keterangan di hadapan GM Prasaja.

"Oke ceritakan saja Pak Karyono!" Perintah Prasaja.

Karyono, wakil manajer pabrik ini bercerita sangat detail di dampingin anak buahnya. Bagaimana dia menangkap seorang pelaku pembakaran kebun tebu.

Setelah diinterograsi, pelaku itu adalah anak buah Brotodewo. Kesaksian yang sangat meyakinkan walaupun tanpa ada sebuah bukti yang mereka tunjukkan.

Karyono keluar dari ruangan GM Prasaja seperti baru saja mendapatkan kemenangan besar. Pikirannya mulai liar menerawang.

Rupanya Karyono punya agenda adu domba antara Solihin dan Brotodewo. Kesaksian ini justru akan menyeret Solihin pada posisi yang sangat menyulitkannya.

Hal itu mengingat Brotodewo adalah sosok penting bagi pabrik ini. Broto adalah ketua asosiasi petani tebu di area pabrik itu.

Dalam pikiran Karyono Ariyadi, jika akhirnya drama tragis ini berakhir dengan digesernya posisi kabag pabrikasi maka yang akan mendapatkan durian runtuh adalah dirinya.

Politik adu domba yang sangat vulgar bahkan terlalu kasar. Bagi seorang Prasaja walaupun masih muda dan belum lama berkecimpung dalam rimba industri gula, namun dirinya memiliki feeling seorang manajer yang peka.

Bagi Prasaja kesaksian Karyono dan anak buahnya sama saja dengan kesaksian dari anak buah Brotodewo. Keduanya hanya berdasarkan cerita tanpa memberikan bukti otentik.

Usai memberikan kesaksian tersebut, Karyono dan atasannya, Solihin kembali ke ruang kerja mereka.

"Pak Solihin sudah beres ya," kata Karyono tersenyum penuh arti. Kabag Pabrikasi ini masih tertegun dan tidak menanggapinya.

"Tenang saja Pak. Semua sudah diatur dengan rapi. Tidak mungkin bisa terbongkar," kembali suara Karyono.

"Karyono! Dari awal saya sudah tidak setuju dengan rencana ini. Sekarang sudah terlanjur basah. Tapi risikonya sangat besar." Suara Solihin terasa bergetar.

Mungkin bagi Solihin hari itu adalah hari yang penuh dengan kecemasan teramat sangat. Ia merasa sedang mempertaruhkan karirnya yang selama ini terjaga dengan baik.

Sepagi ini Prasaja sudah berada di tengah-tengah kebun tebu yang menghampar luas. Tebu-tebu tua yang sudah siap dipanen tampak diam membisu tanpa kata.

Angin pagi bertiup semilir meniup setiap daun-daun tebu melambaikan rasa optimis. Kebun hijau terhampar sejuk dalam pandangan.

Suasana seperti ini mendatangkan rasa damai di hati Prasaja. Itulah sebab yang membuat dia sangat mencintai pekerjaannya sebagai orang yang berkecimpung dalam rimba industri tebu.

Batang tebu mengandung jumlah sukrosa dalam jumlah tertentu. Kandungan sukrosa dalam batang tebu harus semaksimal mungkin dipertahankan hingga tebu masuk gilingan pabrik.

Hal ini karena kandungan sukrosa dalam batang tebu akan mudah terinversi menjadi dua senyawa dalam bentuk glukosa dan fruktosa. Senyawa yang terbentuk karena inversi itu sering disebut dengan gula invert.

Semakin cepat tebu digiling sejak ditebang maka semakin baik hasil sukrosa yang bisa diperah di stasiun gilingan pabrik karena semakin terhindar terjadinya inversi sukrosa.

Semakin lama tebu tertunda di emplasemen maka harus berhadapan dengan risiko terjadinya kerusakan tebu akibat aktivitas bakteri yang berkembang tumbuh  dalam batang tebu.

Patokan waktu ideal bagi tebu yang harus secepatnya digiling tidak boleh tertunda lebih dari 6-12 jam. Semakin ideal di bawah waktu tersebut, tumpukan tebu harus sudah masuk stasiun gilingan.

Dengan ditemani Kepala Bagian Tanaman yaitu Ir Budiman dengan dua orang stafnya, Prasaja bejalan menyusuri jalan setapak yang tanahnya basah akibat hujan tadi malam.

Mereka berhenti di area kebun yang kosong karena tebunya habis terbakar.

"Ini kebun yang terakhir terbakar sebelum hujan tadi malam. Sisa tebunya masih ada yang bisa digiling." Suara Budiman memberi penjelasan tanpa ditanya Prasaja.

Sang GM ini masih asyik menatap hamparan kebun yang terbakar. Berapa ton harus hilang dari tebu terbakar ini.

Prasaja masih melihat sisa-sisa jelaga sisa kebakaran tersebut di atas tanah yang basah karena hujan kemarin.

"Mutu tebu terbakar itu sangat jelek. Risiko juga besar jika masuk gilingan. Tapi mau bagaimana jika kita butuh pasokan tebu." Prasaja bergumam.

"Benar Pak. Tetapi saya sudah meminta anggota di emplasemen untuk memilah tebu-tebu terbakar itu sebaik mungkin." Kata Budiman, kabag Tanaman.

"Pak Budiman punya informasi penyebab kebun ini tebunya terbakar?" Tanya Prasaja membelokkan arah diskusi.

Menerima pertanyaan tersebut tampak Budiman saling pandang dengan kedua anak buahnya.

Akhirnya Budiman memberikan kesempatan kepada salah satu anggotanya memberikan kesaksian peristiwa bagaimana kebun ini terbakar.

Selain menuturkan kronologis kejadiannya, juga dia melengkapinya dengan bukti digital rekaman video melalui ponselnya.

Ini baru bukti yang sangat otentik yang bisa dijadikan pegangan oleh Prasaja.

"Terimakasih Pak Budiman dan kawan-kawan. Saya benar-benar tidak menyangka." Suara Prasaja mengandung rasa kecewa yang dalam.

Ternyata orang-orang kepercayaannya melakukan penghianatan yang keji.

Kini Prasaja merasa yakin dan sudah tahu apa yang akan diputuskan dalam beberapa hari ke depan.

Seminggu kemudian. Tengah berlangsung sebuah rapat tertutup di Ruang Genera Manajer yang hanya dihadiri GM Prasaja, Kabag Pabrikasi, Solihin dan wakilnya Karyono Ariyadi serta Kabag Tanaman, Ir Budiman.  

Rapat yang sudah berlangsung sejak pukul 07.00 WIB ini baru usai 3 jam kemudian.

Terlihat yang pertama keluar dari ruangan adalah Karyono Ariyadi. Wajahnya tampak keruh dengan mimik sangat menyedihkan.

Beberapa saat kemudian baru terlihat Solihin dan Budiman secara bersamaan keluar dari ruangan. Mereka berjalan sambil berbincang serius.

GM Prasaja sudah melakukan sebuah keputusan yang tegas. Walaupun tidak mudah, namun baginya keputusan tegas harus dilakukan untuk menyelamatkan pabrik yang dikelolanya.  

@hensa 

Keterangan : Nama-nama yang ada dalam cerpen ini hanyalah fiktif belaka tidak terkait dengan siapapun dalam dunia nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun