Sepagi ini Prasaja sudah berada di tengah-tengah kebun tebu yang menghampar luas. Tebu-tebu tua yang sudah siap dipanen tampak diam membisu tanpa kata.
Angin pagi bertiup semilir meniup setiap daun-daun tebu melambaikan rasa optimis. Kebun hijau terhampar sejuk dalam pandangan.
Suasana seperti ini mendatangkan rasa damai di hati Prasaja. Itulah sebab yang membuat dia sangat mencintai pekerjaannya sebagai orang yang berkecimpung dalam rimba industri tebu.
Batang tebu mengandung jumlah sukrosa dalam jumlah tertentu. Kandungan sukrosa dalam batang tebu harus semaksimal mungkin dipertahankan hingga tebu masuk gilingan pabrik.
Hal ini karena kandungan sukrosa dalam batang tebu akan mudah terinversi menjadi dua senyawa dalam bentuk glukosa dan fruktosa. Senyawa yang terbentuk karena inversi itu sering disebut dengan gula invert.
Semakin cepat tebu digiling sejak ditebang maka semakin baik hasil sukrosa yang bisa diperah di stasiun gilingan pabrik karena semakin terhindar terjadinya inversi sukrosa.
Semakin lama tebu tertunda di emplasemen maka harus berhadapan dengan risiko terjadinya kerusakan tebu akibat aktivitas bakteri yang berkembang tumbuh  dalam batang tebu.
Patokan waktu ideal bagi tebu yang harus secepatnya digiling tidak boleh tertunda lebih dari 6-12 jam. Semakin ideal di bawah waktu tersebut, tumpukan tebu harus sudah masuk stasiun gilingan.
Dengan ditemani Kepala Bagian Tanaman yaitu Ir Budiman dengan dua orang stafnya, Prasaja bejalan menyusuri jalan setapak yang tanahnya basah akibat hujan tadi malam.
Mereka berhenti di area kebun yang kosong karena tebunya habis terbakar.
"Ini kebun yang terakhir terbakar sebelum hujan tadi malam. Sisa tebunya masih ada yang bisa digiling." Suara Budiman memberi penjelasan tanpa ditanya Prasaja.