Sebagai GM termuda di perseroan ini, Prasaja masih membutuhkan seorang berpengalaman seperti Solihin yang bisa dijadikan sebagai bahan referensi untuk pertimbangan sebuah kebijakan yang akan ditempuh.
"Hujan dua hari ini seolah sudah menghentikan semua insiden tebu terbakar." Kata Prasaja memancing pembicaraan ketika siang itu sengaja mendatangi ruang kerja Solihin.
"Iya benar Pak." Kata Solihin membenarkan.
Terus terang saja Solihin merasakan ada hal yang lain dari kedatangan GM Prasaja. Ini pasti ada hal yang penting.
Solihin mulai berfikir bahwa ini bukan hanya tentang kasus tebu terbakar atau persoalan limbah cair yang menyebabkan pabrik mendapatkan peringkat hitam dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Ruangan Kabag Pabrikasi yang ber AC sejuk, siang itu hening. Namun tetiba suara GM Prasaja seakan membuat Solihin seperti mendengar suara halilintar.
"Pak Solihin! Maaf, orangnya Broto datang menjadi saksi. Dia membeberkan semua yang terjadi dengan tebu terbakar."
Mendengar pernyataan Prasaja terlihat Solihin tetap tenang. Kabag Pabrikasi itu sengaja hanya diam menunggu kalimat berikutnya.
"Tetapi sebagai GM, saya tidak percaya dengan kesaksiannya." Kata Prasaja melanjutkan.
"Terimakasih Pak GM. Saya senang Bapak masih memberi kepercayaan. Saya juga ingin mendatangkan saksi yang melihat sendiri perbuatan Broto dan teman-temannya."
"Baik! Besok pagi saya tunggu di Ruang saya!" Seru Prasaja dalam kalimat perintah.