Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Imlek Bersama Senyum Mikayla

11 Februari 2021   19:25 Diperbarui: 13 Februari 2021   16:02 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pexels

Gereja Katedral Santo Petrus megah berdiri dengan bangunan berarsitektur Eropa. Perancangnya adalah Ir. C.P. Wolff Schoemaker, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Pada misa Minggu pagi ini, Mikayla Angela masih khusyu mengikuti kegiatan rohani itu.

BACA JUGA : 

Kisah Mikayla

Kisah Cinta Jomblo Pesantren

Sementara aku dengan sabar menunggu gadis cantik itu mengikuti misa hingga selesai. Cuaca pagi Kota Bandung yang sejuk dan cerah dengan berkas cahaya Matahari, membuat kehangatan jiwa membawa semangat kehidupan.

Duduk di kursi Taman yang asri di depan Gereja yang dibangun pada zaman Belanda itu, aku termangu memikirkan seberapa jauh aku merasakan cinta untuk Mikayla.

Meskipin cinta itu belum terucap dari bibirku, namun setiap tindakanku kepada Mikayla sudah menunjukkan hal tersebut. Aku yakin Mikayla pasti merasakannya.

Asyik melamun tanpa sadar di depanku sudah berdiri Mikayla menyapaku dengan senyum ramahnya. Aku sempat terkejut karena baru saja tersadar dari lamunan.

"Selamat Pagi Mas Hen! Lama menunggu ya?" Sapa gadis cantik ini sambil duduk di sampingku.

"Tidak juga Kayla. Bagaimana misa pagi ini?"

"Aku baru kembali lagi mengikuti misa di gereja ini. Sudah terlalu lama aku meninggalkan Tuhan. Rasanya terharu sekali."

"Begitulah. Kadang kita kok tega-teganya meninggalkan Tuhan. Padahal Tuhan sendiri selalu setia bersama kita. Dia dekat lebih dekat dari urat leher kita."

"Iya Mas benar. Aku sungguh merasa malu dihadapanNya ketika berdoa untuk memohon ampun. Aku tidak tahu apakah Tuhan mengampuniku."

"Tentu saja mengampunimu, Kayla. Salah satu sifat Tuhan itu Maha Pengampun. Dia lah sebaik tempat untuk memohon ampun."

"Iya Mas," suara Kayla pelan.

"Sudahlah, kamu jangan menangis lagi," kataku sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya.

"Terimakasih Mas Hen. Sudah dengan sabar mau membimbingku kembali mendapatkan kedamaian dalam hidupku. Aku sangat bersyukur bisa mengenalmu." Suara Kayla sambil menatapku.

Sorot matanya yang indah, seakan tajam menembus relung hatiku. Aku sangat tersentuh dan merasakan getaran cinta ini semakin jelas.

"Tidak Kayla. Itu bukan aku, tapi Tuhanlah yang sudah membukakan hati kita untuk menerima cahaya kebenaran." Kataku harus menjelaskan hal yang sangat peka ini dalam tingkat keyakinan seseorang bahwa hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu.

Penjelasanku sudah cukup dipahami oleh Mikayla namun bagi gadis ini hal yang terpenting adalah rasa damai dan aman sudah dirasakan kembali saat ini.

"Mas tadi di ruang misa, aku bertemu Om Leo, adiknya Ibu. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya."

"Bagus dong. Sempat ngobrol apa saja?"

"Tidak sempat ngobrol tapi aku sudah memberikan alamat rumah kost. Dulu Om Leo sangat membantuku menghadapi ujian berat itu."

Om Leonardo adalah adik ibunya Mikayla. Berkeluarga dan tinggal di Bandung. Bagi Mikayla Om Leo adalah satu-satunya orang yang selama ini sangat memahami keadaan keponakannya.

Sejak Mikayla memutuskan hubungan dengan keluarganya di Medan, Om Leo ini yang menjadi penengah. Hanya selama dua tahun terakhir ini, Om Leo harus bertugas di luar negeri.

"Mas! Nanti aku ingin memperkenalkan Om Leo padamu," kata Kayla dan aku menangguk sebagai tanda mengiyakan.

Aku bisa lebih banyak mengetahui informasi tentang Mikayla dari Om Leo. Terutama latar belakang keluarganya yang membuat dirinya terlantar di Bandung ini.

"Bagaimana. Kita jadi ke rumah Tiffany? Aku sudah tidak sabar ingin menikmati hidangan Imlek." Ajakku kepada Kayla.

"Iya Mas, kemarin juga Tiffany mengingatkan lagi jangan lupa undangan hari Imleknya." Mikayla mengingatkan kembali undangan Tiffany.

Rumah Tiffany di Jalan Dewi Sartika. Dari luar adalah sebuah Toko Kelontong, namun masuk ke dalam ada rumah tinggal yang asri dengan Taman hijau di depan terasnya.

Tiffany menyambut kami dengan pakaian khas Tiongkok berwarna merah dengan motif lukisan naga yang sedang melingkar. Gadis berwajah oriental ini sangat anggun dengan pakaian tradisional itu.

Wajah cantiknya bercahaya dengan senyum merekah cerah. Gadis tinggi semampai ini begitu mempesona melangkah menghampir kami yang tertegun terpesona.

"Ayo masuk Kayla! Mas Hendar!" Ajak Tiffany sambil meraih tangan Kayla setengah memeluk pinggangnya. Kayla tidak lupa memuji kecantikan Tiffany dengan pakaian yang dikenakannya. Aku mengikuti mereka di belakangnya menuju ruang tamu.

Ruang tamu itu dihiasi bermacan asesoris dengan dominasi warna merah di segala sudutnya. Warna merah melambangkan sesuatu yang kuat, sejahtera, dan membawa hoki atau keberuntungan.

Warna merah juga dipercaya dapat mengusir Nian yaitu sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung yang keluar saat musim semi atau saat tahun baru Imlek.

Sebenarnya kata "Imlek" ini bukanlah nama dari perayaan tahun baru Tiongkok.  Kata tersebut diambil dari Bahasa Hokien yang selama ini hanya diketahui dan digunakan oleh orang Indonesia.

Perayaan Imlek di luar sana lebih dikenal dengan nama Chinese New Year untuk istilah bagi orang-orang Barat, sedangkan orang Tiongkok sendiri menamainya dengan "Guo Nian" atau "Xin Jia" yang artinya lewati bulan atau sebutan untuk bulan baru.

Hari raya ini telah ada sejak 4.000 tahun yang lalu. Sehingga sangat wajar jika selama itu pula sudah terbentuk tradisi-tradisi yang selalu diiikuti dan dilestarikan seiring perkembangan zaman.

Beberapa tradisi yang akhirnya turun menurun tersebut menjadi kebiasaan yang harus dijalani dalam setiap perayaan Imlek.

Salah satu tradisi itu adalah Makanan khas Imlek juga tidak boleh terlewatkan jika berbicara mengenai tradisi Imlek di Indonesia seperti kue keranjang.

Selain kue keranjang dan jeruk yang menjadi makanan wajib, masyarakat Tionghoa juga biasa menyajikan minimal 12 jenis makanan yang melambangkan 12 macam shio dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa.

Selain melambangkan shio, masing-masing makanan tersebut juga memiliki makna tersendiri.

Ada hidangan makanan ayam utuh yang melambangkan kemakmuran keluarga, mie panjang yang melambangkan panjang umur, dan kue lapis legit yang dimaksudkan sebagai rezeki yang berlapis-lapis.

Tiffany menyediakan salah satu makanan khas itu adalah hidangan ayam utuh dan mie panjang yang yang disajikan dalam sebuah tampan lebar.

Kami menyantap hidangan mie tersebut bersama dengan penuh nikmat. Mie dengan ukuran biasa tapi dibuat panjang sehingga harus memotong terlebih dulu untuk menikmatinya.

Perayaan Imlek yang sangat sederhana di rumah kediaman Tiffany. Kendati demikian memiliki makna yang dalam untuk menyambut tahun baru dengan semangat baru.

Mikayla Angela, sambutlah tahun-tahun ke depan dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Aku, Hendarno Al Ghufron selalu ada bersamamu.

Kalimat itu aku ucapkan dalam hati sambil memandang wajah cantik Mikayla sambil tersenyum. Gadis itu rupanya tahu saat aku memandangnya, lalu diapun tersenyum membalas. Maka ruangan itupun penuh dengan senyum.

@hensa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun