Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Melepas Belenggu

5 Februari 2021   17:10 Diperbarui: 7 Februari 2021   15:20 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan teras rumah itu, Mikayla Angela sudah menungguku. Dia berlari menyambut untuk memelukku erat sekali. Isak tangisnya tidak bisa dibendung. Aku hanya terpana tak mampu bicara sepatah katapun. Benar-benar membisu. Bisunya seorang Jomlo Pesantren.

BACA JUGA : 

Cinta Hitam

Kisah Cinta Jomlo Pesantren

Kota Bandung pagi ini begitu dingin. Udaranya menusuk setiap pori-pori tubuhku. Sementara di luar, hujan rintik-rintik dan sedikit hembusan angin bisa kunikmati sambil duduk menghirup segelas kopi hitam yang masih panas, mengepulkan asapnya yang beraroma khas.

Kantin Rumah Sakit sepagi ini juga memang masih sepi. Akupun rutin menyantap sarapan nasi goreng sambil menikmati tayangan berita televisi.

Ada kudeta militer di Myanmar dimana Presiden dan Perdana Menteri mereka ditahan oleh kubu militer. Kudeta mengerikan yang rasanya tidak mungkin terjadi di negeri kita ini. Semoga.

Juga berita isu kudeta Partai Demokrat oleh oknum dari lingkaran Istana, katanya. Satu kudeta Negara satu lagi kudeta partai. Lucu juga berita televise ini.

Tapi akhirnya aku tidak tertarik dengan berita politik itu. Running text di bawah tayangan televisi itu jauh lebih menarik perhatianku.

Polisi berhasil mengungkap praktik protitusi online dengan menangkap seorang perantara yang selama ini menjadi buron. LM demikian inisial mucikari ini, berhasil diamankan di sebuah hotel.

Sempat aku tertegun membaca berita itu. Aku tetiba jadi teringat Mikayla Angela. Gadis yang menjadi korban praktik yang menjerumuskan itu. Inisial LM dalam berita itu juga mengingatkan cerita Kayla dengan sosok Lorenzo Martin. Lelaki peranakan latin ini pernah menjerat Mikayla dalam dunia kelam tersebut.

Apakah LM yang dimaksud itu adalah Lorenzo Martin yang sering dipanggil Bos Enzo oleh para anak asuhnya.

Akhir-khir ini aku merasakan kekhawatiran dengan Mikayla. Apakah dirinya masih sering dimanfaatkan dengan jeratan oknum mucikari itu? Ataukah Kayla sudah berhasil menghindar dengan aman. Benar-benar rasa khawatir ini terus saja menghiasi benakku.

Tampaknya aku harus bertemu Tiffany sekedar mencari info terbaru. Tapi kenapa tidak langsung saja bertemu dengan Mikayla? Untuk saat ini mungkin lebih baik tidak dulu, hanya untuk menghindari kesalah pahaman. Aku sangat berhati-hati berbicara masalah peka tersebut di hadapan Mikayla.

Maka untuk yang kedua kalinya dalam sepekan ini aku kembali janjian ketemu dengan Tiffany. Ketika aku hubungi, ternyata gadis itu juga ingin bertemu denganku karena ada yang ingin dibicarakan.

Taci Fany, kadang aku memanggil Tiffany dengan sebutan itu. Taci adalah panggilan akrab untuk kakak perempuan dalam keluarga Tionghoa. Walaupun usia Tiffany jauh lebih muda dariku namun panggilan itu menunjukkan rasa hormat dan keakraban.

Kami sepakat kembali bertemu di Kantin Kampus agak sore. Karena siang itu aku harus mengikuti sesi pertemuan dengan dokter Hambali dalam diskusi rutin.

Hujan sore hari sudah jadi rutin, aku menuju Kantin. Di sana aku melihat Tiffany sudah duduk menunggu di meja pojok. Melihat kedatanganku, Tiffany tersenyum menyambutku.

Tempat di pojok itu sangat cocok untuk membicarakan hal-hal penting. Karena posisi mejanya sangat mendukung, berada di pojok ujung ruangan kantin agak terpisah dari meja lainnya.

"Sudah lama Taci!" Sapaku.

"Ah Mas rasanya panggilan akrab itu lama sekali tak kudengar." Suara Tiffany senang aku panggil dengan sebutan Taci.   

"Iya ingat zaman SMA dulu ya." Tiffany hanya mengangguk sambil tak lepas melempar senyum manisnya.

"So, ada berita penting apa nih?" Tanyaku langsung memancing ke pokok pembicaraan.

"Mas Hen, ini kabar terbaru dari Kayla. Tadi pagi lihat berita di Televisi?" Ini dia yang aku tunggu kabar tersebut.

"Iya Fany. Maksudnya penangkapan mucikari LM?"

"Benar Mas. Tapi ini justru yang menjadi ketakutan Kayla. Sebelum ditangkap, LM sempat kontak menawarkan kerjaan kepada Kayla."

"Lalu jawaban Kayla?"

"Kayla menolaknya. Juga menegaskan keluar dari jaringannya."

"Lalu apa yang menjadi ketakutan Kayla?"

"Kayla hanya takut dilibatkan dalam masalah ini. Bukti-bukti ada dalam ponsel milik LM."

Aku sempat tertegun mendengar penjelasan Tiffany. Setelah berfikir posisi Mikayla hanya sebatas korban. Mungkin salah satu korban diantara puluhan dari nama-nama wanita yang ada dalam ponsel LM tersebut.

"Bos Enzo sering mengancam Kayla jika orderannya ditolak. Dalam dua tahun ini Kayla sudah tidak lagi ada dalam dunia hitam itu." Tambah Tiffany.

Konon beritanya LM yang terkenal dipanggil bos Enzo oleh anak asuhnya, juga sebagai perantara sejumlah oknum artis yang bisa dipesan dalam jaringan prostitusi miliknya.

Jika demikian, maka kecil kemungkinan akan melibatkan Mikayla yang hanya seorang mahasiswi, tentu polisi akan memilih seorang artis yang dijadikan sebagai saksi.

"Fany. Jangan kuatir itu tidak akan terjadi. Kayla tidak akan dilibatkan." Kataku tegas.

"Tapi Mas. Dalam penggerebekan itu ada teman Kayla yang juga ditangkap. Kelihatannya Kayla sangat takut dilibatkan. Kayla takut keluarganya di Medan jadi tahu kejadian memalukan ini."

Aku mencoba tersenyum dan Tiffany hanya memandang senyumku penuh rasa risau. Wajar sebagai sahabat dekatnya, Tiffany merasa risau merasa galau dengan keadaan Mikayla.

Dihadapan Tiffany, gadis cantik berkulit putih bersih ini, aku berjanji akan memberikan dorongan semangat kepada Mikayla agar tetap tabah menghadapi ujian ini.

Sesungguhnya aku juga merasakan kekhawatiran tersebut. Karena dalam operasi di Hotel itu ada teman Mikayla yang juga terjerat.

Namun aku mencoba membuang pikiran yang tidak enak tersebut. Untuk lebih tenang mungkin aku harus menemui Mikayla di kediamannya, maka sore itu aku meluncur jalan Bali.

Rumah paviliun tempat Mikayla kost terlihat sepi. Aku membuka pintu pagar ternyata terkunci. Apakah Mikayla sedang tidak di rumah?

Sebaiknya aku kontak saja ponselnya. Berkali-kali hubungan ponsel itu tidak berhasil karena tidak aktif. Aku mulai merasakan hal-hal yang tidak enak tersebut muncul lagi.

Akhirnya aku menghubungi Tiffany. Ternyata benar, Mikayla ada di Bareskrim Polda tengah diminta keterangan sebagai saksi. Aku hanya berharap dia baik-baik saja dan kejadian ini menjadi pelepas bagi belenggu yang selama ini menghimpitnya.

Semalaman aku tidak mampu tidur dengan pulas karena mengingat Mikayla yang mungkin masih berada di Markas Polisi. Ponselnya jelas tidak bisa dihubungi. Walaupun ponselnya aktif tetapi berkali-kali panggilanku tidak direspon.

Esoknya hampir semua agenda kegiatanku tidak bisa aku lakukan dengn fokus. Diskusi rutin dengan dokter Toni, ahli bedah senior termasuk magang di ruang operasi pagi itu untung saja bisa dilewati dengan baik.

Pada siangnya, di Perpustakaan Pusat, aku hanya menghabiskan waktu untuk melamun memikirkan Mikayla. Apa yang sedang dia lakukan saat ini Kayla?

Pertanyaan dalam hati yang disambut dengan dering ponselku. Panggilan masuk dari Kayla.

"Hallo Kayla!"

"Mas Hen, ini saya sekarang sudah bebas!"

"Kayla ada dimana sekarang?"

"Sudah di rumah. Mas bisa enggak kita ketemu?"

"Baik Kayla."

Segera aku meluncur menuju rumah kost Mikayla. Aku kini merasa bahagia karena gadis dambaanku ini sudah bisa lepas dari belenggu yang selama ini menyanderanya.

Di depan teras rumah itu, Mikayla sudah menungguku. Dia berlari menyambut untuk memelukku erat sekali. Isak tangisnya tidak bisa dibendung. Aku hanya terpana tak mampu bicara sepatah katapun. Benar-benar membisu. Bisunya seorang Jomlo Pesantren.

@hensa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun