"Tidak. Aku sudah hafal kawasan di sekitar sini. Karena dulu aku sopir Angkot yang rutenya lewat jalan Bali ini," kataku sambil ketawa.
Mendengar selorohku, Mikayla juga tertawa. Cara dia tertawa sangat ramah dengan binar matanya yang indah. Gadis ini memang sangat cantik. Kecantikan yang dia miliki bukan kecantikan biasa pada umumnya.
"Saya dengar Mas Hendar ini anak pesantren ya? Putranya Pemiliki Pesantren."
"Kayla tahu dari mana?"
"Iya. Ada teman yang bilang begitu."
"Siapa?"
"Tiffany. Katanya dia adik kelas Mas Hendar waktu SMA dulu." Aku tertegun kenapa Tiffany bisa kenal sama Kayla. Aku baru ingat Tiffany memang ambil jurusan MIPA, Kimia.
Aku ternyata juga baru ingat pernah bertemu Tiffany pada saat kami mengobrol di Kantin Kampus. Hanya saat itu aku tidak tahu jika Kayla mengenal baik Tiffany.
"Oh iya Tiffany. Kamu kuliah bareng ya di Kimia?"
"Iya Mas. Aku bersahabat dengan Tiffany sudah lama sejak semester satu. Dia anak yang baik tempat aku mencurahkan uneg-uneg."
Oh pantas, ini berarti Tiffany tahu banyak tentang siapa sebenarnya Mikayla Angela. Namun kenapa mereka menyinggung tentang aku sebagai seorang putra Pemilik Pesantren. Aku jadi sedikit tersanjung ketika Kayla tahu bahwa aku anak pesantren.