Surabaya dalam beberapa hari ini curah hujannya tinggi. Hampir setiap sore dipastikan turun hujan. Aku sudah hampir dua jam terjebak di Halte depan Rumah Sakit. Sementara beberapa orang sudah pergi mendapatkan angkutan kota yang mereka tunggu.Â
Di Halte depan Rumah Sakit, aku masih duduk termangu. Teringat di sinilah aku pertama kali bertemu dengan Mutiara. Situasinya juga sama dalam suasana hujan seperti ini. Hujan ini membawaku terkenang kembali kepada Mutiara. Peristiwa dua tahun lalu sekan tampak di depan mata.Â
Manado Dua Tahun LaluÂ
Ruangan dokter Beny, dokter senior spesialis penyakit dalam ini terasa hening beberapa saat ketika tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Ya silahkan masuk!" Kata dr Beny mempersilahkan masuk.
Lalu pintupun terbuka. Seorang wanita cantik berkulit putih separuh baya paling berusia sekitar 45 tahun, berdiri di sana. Aku hanya menebak apakah ini Mamanya Mutiara? Kulihat garis garis  wajahnya memang mirip Mutiara.
"Oh Bu Maya, silahkan duduk," kembali suara dokter Beny.Â
Kemudian Om Franky menyambut kedatangan Bu Maya yang ternyata memang benar, dia adalah Mamanya Mutiara. Berarti kakak kandungnya Om Franky.Â
Om Franky memperkenalkan aku kepadanya. Ketika aku memanggilnya dengan kata 'Tante', langsung Bu Maya menyuruhku memanggilnya 'Mama'.
"Herman, aku sudah banyak mendengar cerita tentangmu dari Mutiara. Saat sekarang bertemu denganmu seakan aku sudah mengenalmu bertahun-tahun," kata Mamanya Mutiara. Aku hanya terdiam.