"Iya aku juga begitu Ri."Â
"Anakku dua semuanya perempuan. Sekarang mereka sudah berkeluarga."
"Wah sudah punya cucu dong."Â
"Belum. Anakku yang pertama masih sedang mengandung. Perhitungan dokter bulan depan melahirkan."Â
"Semoga lancar persalinannya." Erika meng "amin" kan doaku.Â
Kami meninggalkan acara reuni yang berlangsung sangat membosankan. Di panggung hiburan ada band membawakan lagu-lagu jadul. Tempat yang kami tuju adalah restoran di ujung Jalan Surya Kencana.Â
Mengambil tempat duduk di pojok dekat jendela yang mengarah ke jalan di depan Pintu Gerbang Kebun Raya. Ini adalah tempat dimana aku harus melepas Erika bertunangan dengan pilihan orang tuanya.Â
"Hen, kenapa kamu mengajakku ke sini?" Tanya Erika.Â
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin kembali mengenang peristiwa penting dalam hidupku."Â
Mendengar ini Erika hanya tertunduk. Aku mengamati kecantikan wajahnya. Wanita dengan usia yang sudah berkepala lima ini masih pandai merawat tubuhnya. Erika masih terlihat ramping.
"Hensa. Aku tidak mau mengenang kembali peristiwa tiga puluh tahun lalu di tempat ini."Â