"Listya?"
"Ya Pak Alan!" Katanya sambil tersenyum. Oh senyum ini adalah senyum khas Listya yang artistik sangat mendamaikan hati.
"Rasanya seperti mimpi. Tunggu, aku mau mencubit tanganku dulu. Eh ternyata terasa berarti bukan mimpi!" Kataku tertawa.
"Ah Bapak bisa saja," kata Listya.
"Mas Rizal kok tidak ikut? Sibuk dengan pekerjaannya?" Tanyaku membuka pembicaraan.
"Ya Pak, dia sekarang ada diluar kota jadi tidak bisa mengantarku. Oh ya sebenarnya saya ingin mencari informasi untuk pendaftaran program Apoteker sudah dibuka belum Pak?" Tanya Listya.
"Listya mau ikut program Apoteker? Bulan ini sudah dibuka. Untuk pendaftaran persyaratan adminitrasinya bisa ditanyakan kepada bagian akademik. Tanya sama Bu Yuli."
"Ya Pak. Rencananya saya mau ikut program Apoteker. Mas Rizal juga sudah setuju. Baik, kalau begitu saya mau menemui Bu Yuli." Â
Sebelum meninggalkan ruanganku Listya masih sempat berkata: "Oh ya Pak Alan. Nanti selama mengikuti program Apoteker mohon bimbingan Bapak lagi," kata Listya sambil memandangku dengan senyumnya.
"Insya Allah Lis. Untuk mahasiswi secerdas Daisy Listya pasti Si Profesor dengan senang hati mau membimbing," kataku sambil tersenyum.
"Terima kasih pak sudah memberi waktu untuk saya," kata Listya.