Saat ini seakan Kinanti Puspitasari kembali terbang bebas dan bisa sekehendak hatinya untuk hinggap di manapun yang dia inginkan. Akankah dia mau hinggap di hatiku? Mungkinkah Kinanti mau membukakan hatinya untukku?
Pada siang hari itu hujan deras mengguyur Kota Surabaya. Aku memandang tetesan air hujan dari jendela kamar kerjaku di lantai dua.
Pelataran parkir di bawah sudah mulai tergenang air hujan yang tidak tertampung saluran drainase.
BACA JUGA : Selingkuh
Di Indonesia ini bukan saja di Surabaya bahkan di Jakarta dan Bandung sekalipun jika hujan turun dengan deras maka jalan-jalan protokol digenangi air.
Air hujan itu tidak tahu kemana harus pergi karena tidak bisa ditampung saluran drainase yang penuh dengan sampah.
Jika sudah demikian maka kemacetan lalu lintas terjadi dimana-mana. Kondisi ini sebenarnya sangat memprihatinkan karena sebenarnya kita banyak memiliki pakar-pakar sipil yang handal untuk jalan raya.
Terdengar sebuah ketukan pelan di pintu dan suara sapa Assalaamu alaikum. Aku membukakan pintu.
"Pak Profesor!" Suara lembut dari seseorang yang setiap saat ini selalu kurindukan.
Daisy Listya sekarang berdiri di depanku. Dia bertambah cantik tapi kelihatan lebih pucat seperti kurang tidur. Aku benar-benar terkejut dan tidak percaya yang ada di depanku ini adalah Listya.