"Ibu-ibu silahkan bercengkrama sementara saya pamit dulu karena harus mengisi jadwal kuliah," kataku berpamitan kepada mereka.
"Baik Profesor, aku akan melepaskan rindu dendam ini kepada Listya," kata Kinanti berseloroh. Mereka kembali tertawa riang.
Aku meninggalkan Kinanti dan Listya dan bergegas menuju Ruang Kuliah Mahasiswa semester Lima.
Selama memberikan kuliah rasanya aku kurang konsentrasi pikiranku selalu tertuju ke ruang kerjaku.Â
Kinanti Puspitasari dan Daisy Listya adalah dua wanita penuh pesona, penuh dengan kelembutan, keramahan, keanggunan dan kepribadian yang kuat. Dua wanita ini memang layak mendapatkan predikat pujaan hati kaum lelaki.
Aku sudah tidak sabar ingin segera menyelesaikan presentasi kuliah di kelas ini. Aku sungguh penasaran yang sedang mereka bicarakan berdua di ruanganku.
Teringat kata-kata Kinanti bahwa sebenarnya Listya mencintaiku. Kinanti sebagai seorang wanita bisa merasakan getaran batin seorang Listya. Ah benarkah itu?
Andai benar Listya mencintaiku apakah mungkin itu bisa terjadi sedangkan Listya sudah menjadi istri Rizal Anugerah.
Selama memberikan kuliah di kelas itu konsentrasiku memang sedang tidak fokus namun demikian akhirnya presentasiku selesai juga.
"Untuk hari ini cukup dan pada pertemuan berikutnya kita akan buka sesi diskusi. Kalian bisa siapkan bahan untuk diskusi sebanyak mungkin. Sampai pekan depan." Kataku menutup sesi kuliah.
Aku sengaja tidak menggunakan waktu diskusi untuk mahasiswa karena ingin cepat kembali ke ruang kerjaku menemui Kinanti dan Listya.