"Ya Kinan dengan senang hati aku setia mendengarkan cerita-ceritamu," kataku membesarkan hatinya.
Kinanti pada usia yang sama denganku ternyata masih memiliki kecantikan yang alami. Wanita berdarah sunda tulen berkulit kuning langsat ini pesonanya masih menebar.
Kinanti. Kinanti. Kinanti Puspitasari. Â Aku juga merasa heran mengapa Kinanti belum menikah lagi. Rasanya tidak percaya jika tidak ada laki-laki yang berusaha untuk mendekatinya.
Malam itu setelah menerima telpon dari Kinanti aku tidak bisa tidur entah apa yang kupikirkan.Â
Di meja kecil sebelah tempat tidurku aku melihat Undangan Pernikahan Daisy Listya.
Memang aku sengaja menaruhnya di sana. Listya sedang apa kau disana?Â
Sabtu pekan depan Listya akan melangsungkan pernikahannya. Apakah ini yang membuatku tidak bisa tidur?
Aku selalu teringat Daisy Listya, "gadis kembarannya" Diana Faria. Kadang-kadang ada rasa putus asa ketika aku harus menyadari bahwa sebentar lagi Listya sudah menjadi istri orang lain. Biarlah kurelakan Daisy Lystia.
Ditengah kegundahan hatiku tetiba saja hadir seorang Kinanti Puspitasari. Wanita ini seakan kembali membawa harapan setelah aku harus kehilangan Daisy Listya. Benarkah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H