Kinanti adalah gadis yang selalu mengingatkanku untuk tidak bermain-main dengan cinta. Cinta itu sangat luhur dan terhormat jangan dikotori dengan nafsu.
Aku masih ingat kata-katanya. Kinanti adalah gadis terhormat berwibawa seperti Erika dan Aini yang mampu menjaga harga dirinya dengan amanah.
Mereka adalah wanita-wanita cantik lahir batin. Teringat masa lalu ketika aku sering mempermainkan cinta dan ketika akhirnya cinta itu berlabuh di hati seorang Diana Faria.
Betapa kami saling mencintai dengan tulus. Â Betapa kami punya rencana hidup bersama untuk mengabdi kepadaNya. Namun apa boleh dikata ternyata cinta sejati itu harus diambil oleh yang Maha Memiliki.
Memang Allah adalah Pemilik cinta itu. Barangkali inilah mungkin balasan yang setimpal yang harus diterima oleh seorang Alan Erlangga, Si Playboy kurang ajar yang telah banyak menyakiti hati wanita.
Mungkin juga ketika aku mengharapkan cintaku berlabuh di hati seorang Daisy Listya ternyata Allah menentukan lain. Listya akan segera menikah dengan laki-laki lain.
Sejak pertemuan pada acara Simposium itu, aku dan Kinanti sering berhubungan. Â Hampir setiap hari selalu saja ada kontak dengan ponsel dari Kinanti.Â
Terutama pada  malam hari Kinanti kerap kali menelpon hanya untuk sekedar ngobrol dan tertawa-tawa mengenang masa SMA dulu.
Seperti pada malam itu Kinanti menelpon menceritakan kebahagiaan bersama suaminya dan sering kali dia merasa rindu bertemu mendiang suaminya. Jika sudah demikian maka Kinanti bercerita sambil terisak.
"Kinan sabar dan ikhlas adalah jalan terbaik untukmu," kataku menghibur.
"Ya terima kasih Alan. Aku bertemu denganmu saat ini merasa seperti bertemu dengan Malaikat. Selama ini aku tidak bisa bercerita seperti ini. Al mudah-mudahan kamu tidak bosan mendengar cerita-ceritaku ini," kata Kinanti.