Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Benarkah Ada Cinta di Beranda Rumahmu?

11 Agustus 2019   14:37 Diperbarui: 11 Agustus 2019   17:08 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih terdiam tak dapat berkata sepatah katapun. Apakah ini saatnya aku mengutarakan cintaku yang selama ini aku pendam dalam-dalam. Inikah saatnya? Apakah aku punya keberanian mengucapkan cintaku?

Aku merasakan dia mencintaiku ya aku merasakan hal itu. Tapi apakah benar dia mencintaiku? Ataukah itu hanya dugaanku, hanya perasaanku saja?

Oh Tuhan seharusnya aku tahu diri. Aku jadi ingat Firman Allah:"Bahwa Perempuan baik-baik hanya untuk Lelaki baik-baik. Aini adalah perempuan baik-baik tentu dia layak mendapatkan Lelaki baik-baik." 

Lalu aku ini siapa? Lelaki baik-baik? Nanti dulu. Belajar agama saja baru akhir-akhir ini setelah Aini banyak membantuku. Sudahlah Hensa jangan mimpi dapat memperoleh cinta Aini. Lagi pula Aini mana mungkin mau mencintai seorang sepertiku yang dulu pernah menjadi kekasih Erika Amelia Mawardini, sahabatnya sendiri.

"Hen kenapa kamu melamun?" Suara Aini menyapaku lembut namun sudah membuat aku tersentak dari lamunanku.

"Oh tidak Aini. Aku sebenarnya juga merasa sedih setelah malam ini entah kapan kita ketemu lagi," kataku pelan menggambarkan kepasrahan. Ketidak berdayaanku bagaimana bisa membuat Aini tidak hanyut dalam kepedihan itu.   

Kulihat Aini hanya tertunduk membisu dan kembali aku melihat setitik air mata meleleh dipipinya. Air mata itu semakin deras sampai ketika malam semakin larut dan aku harus berpamitan.

Tak ada kata-kata ketika aku bergegas pulang. Hanya tatapan mata Aini yang indah itu begitu penuh arti bagiku. Aku seperti mengenal tatapan mata seperti itu. Tatapan mata yang  seolah menunggu ungkapan perasaan hatiku kepadanya. Namun aku dibelenggu keraguan untuk mengungkapkan rasa cintaku.

Ya aku seperti mengenal tatapan mata seperti itu. Tatapan mata harapan dan kerinduan akan cinta dan kasih sayang. Benarkah?  Dasar Bodohnya Aku.

Bandung 11 Agustus 2019 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun