"Ooooh aku pikir syukuran kamu mau dilamar Hensa!" kata Alan mulai usil lagi.
Busyeet si Alan ini ngawur. Namun penasaran aku ingin tahu bagaimana sikap Aini mendengar candaan Alan ini. Dengan tenangnya Aini menjawab: "Oh kalau acara itu tentu saja aku tidak akan mengundang kamu." Kata Aini kepada Alan sambil gadis ini tertawa lepas tanpa beban.
Bukan main Aini. Dia tetap terlihat wajar dan tidak tersipu menghadapi godaan Alan. Kembali Alan harus garuk garuk kepalanya yang tak gatal itu. Mati kutu dia.
Aku sebenarnya mengharapkan Aini tersipu-sipu mendengar selorohnya Alan itu tapi ternyata tidak. Sikap Aini yang wajar itu menguatkan dugaanku bahwa Aini selama ini memang hanya menganggapku hanya seorang sahabat seperti dulu.
Aku juga semakin yakin bahwa Aini rupanya masih mengangapku sebagai seseorang yang pernah menjadi kekasih Erika, sahabat karibnya. So? Hensa jangan terlalu berharap muluk-muluk ya.
Hati kecilku selalu mengajak untuk menginjakkan kakiku di bumi. Apalagi Iqbal almarhum, calon suaminya dulu tentu tidak mudah dilupakan begitu saja. Untuk menggapai cinta Aini Mardiyah bagai Pungguk merindukan Bulan.Apakah aku harus menyerah? TIDAK.Â
Baca Juga : Benarkah Ada Cinta di Beranda Rumahmu?
Bandung 7 Agustus 2019Â