Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Injakkan Kakimu di Bumi

7 Agustus 2019   16:03 Diperbarui: 11 Agustus 2019   16:46 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Alhamdulillah selesai sudah Hen! Aku rasanya lega sekali semua tugasku sudah rampung alias beres." Suara Alan penuh dengan kegembiraan.

Aku menyambutnya dengan jabatan tangan sambil mengucapkan selamat. Aku memeluknya penuh bangga. Si Berandalan Alan ini begitu gembira karena sudah menyelesaikan ujian dengan baik. Berandalan tapi otaknya cemerlang.

"Tadi hanya satu pertanyaan yang kujawab dengan ragu dari Profesor Soetrisno !" Kata Alan Erlangga. Profesor Soetrisno yang dimaksud Alan itu adalah memang Pembimbingku.

"Ayo kita ke Kantin Fakultas. Biar aku yang traktir kamu Hen," ajak Alan maka kamipun  bergegas menuju lantai dua. Di tangga kami berpapasan dengan Aini lalu sekalian saja Aini kami ajak ke Kantin itu.

"Wah nona manis rupanya baru muncul. Sengaja ya datang jam segini aku tahu nona manis ini cuma mau nungguin si Hensa ujian, sementara itu aku cuma dicuekin," kata Alan  mulai bercanda menggoda Aini.

"Bukan begitu Al sebab aku yakin kamu tanpa aku datangpun pasti bisa," suara Aini membela diri.

"Lho berarti Si Hensa tanpa kau datang nanti ujiannya enggak bisa?" tanya Alan.

"Siapa yang yang berkata begitu? Hensa bukan mahasiswa sembarangan tanpa aku, dia juga pasti bisa apalagi kalau ada aku," kata Aini sambil tertawa renyah. Aini memang cantik sekali saat dia tertawa membawa aura kegembiraan yang utuh.

"Iya iya Aini, ngomong sama kamu mana bisa aku menang. Aktivis HMI memang jago ngomong apalagi Sekjennya," kata Alan menggerutu. Kami hanya bisa tertawa mendengar gerutuan Alan.  

Di Kantin itu kami makan siang kemudian sholat Dzuhur di mushalla kecil dekat Laboratorium Kimia. Hanya tinggal 15 menit lagi ujian skripsiku dimulai. Setelah berdoa maka aku bergegas segera menuju lantai tiga diikuti Alan dan Aini.

Tepat pukul 13.00 aku sudah duduk manis di ruang ujian. Didepanku ada 5 orang Dosen Penguji. Aku duduk bak seorang terdakwa. Bismillah. Ada 5 pertanyaan dari Dosen Penguji I. Tiga dosen Penguji lainnya mengajukan masing-masing 3 pertanyaan. Sedangkan Dosen Penguji yang kelima adalah Pembimbingku sendiri yaitu Profesor Soetrisno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun