"Sabar-sabar. Kau harus tahu ini. Pihak rekanan menambah 60 juta dari nilai yang kita mainkan itu."
"Mantap!!!" timpal Rojak. Melanjutkan. "Dan aku juga bawa sesuatu yang mungkin bisa membuatmu..." belum selesai Rojak berkata sembari membuka resleting tas punggung hitam, sesaat 2 orang berseragam rapi lengkap dengan laras panjang masuk. Dan 4 orang berjaket hitam dengan logo huruf kapital BAR, lengkap bersarung tangan putih dengan postur tinggi-tinggi.
"Selamat pagi Bapak-Bapak. Kami dari Badan Anti Rasuah, menerima informasi jika di ruangan ini sedang terjadi transaksi terlarang."
Burhan tampak panik dan berusaha menyembunyikan amplop tebal itu.
"Betul, Bapak yang bernama Burhan?" tanya salah satu petugas.
"Benar Pak," jawab Burhan. Lalu melanjutkan. "Tapi... saya tidak sendiri Pak, ini teman saya juga ikut terlibat." Dengan jari telunjuk yang gemetar mengarah ke Rojak.
Sesaat petugas mengeluarkan beberapa berkas yang di dapat dari tas punggung milik Rojak tadi, lalu mengatakan. "Di beberapa berkas yang kami terima, hanya nama Bapak yang tercantum di kertas ini," terang petugas sembari menunjukan salah satu berkas ke arah Burhan.
"Tapi ia juga turut menerima amplop itu, Pak!" teriak Burhan geram.
Tak berselang lama, Doni turut memasuki ruangan, kemudian menyerahkan amplop 120 juta kepada petugas BAR.
Sesaat Burhan bangkit, kemudian menghampiri Doni dengan mata melotot.
"Ternyata kau dalangnya, balas dendam rupanya!" ujar Burhan lirih.