Entah aku yang barangkali salah dalam melihat Delisa, tetapi hatiku mengatakan itu Sari. Kupastikan lagi jelas kulihat Delisa di foto berbeda dengan Delisa yang ada di depanku, sesaat.
"Halo Toni," ujarnya lembut dan menggoda.
Aku tak menjawab. Dan pandanganku mendadak sinis.
"Kalau kamu mau, aku akan memberikan segalanya untukmu," ujarnya merayu.
"Kembalikan, Bondan, sekarang!" pintaku dingin.
"Ouh, ouh, ouh, mau jadi pahlawan. Aku sudah tahu semuanya. Dan pria itu milikku," gumam Sari lalu melanjutkan. "Kau dan saudara kembarmu itu, si dungu Tino. Ha, ha, haaa, tak akan mampu menghentikanku!!!"
Kali ini wajahku merah menyala. "Jaga mulut busukmu, Iblis!" sesaat muncul dua harimau putih di samping kiri dan kananku.
"Rasakan!!!" teriakku, disertai harimau putih menerkam Sari.
Wanita itu tampak kewalahan. Lalu sesaat ia menghilang. Kemudian muncul dengan keadaan melayang di atas dua harimauku.
"Oh, sudah mulai main kasar," ujarnya murka dengan kedua tangan mengayun lalu berhenti sesaat di depan dada. "Kamu yang memulai, Toni!!!"
Aku melihat tangannya mengayun seperti mendorong. Kemudian keluar seekor gorila raksasa. Menyapu harimau putihku dan     keduanya terkapar. Tak berselang lama gorila itu kencang berlari ke arahku, lalu menghantamku dengan keras. Aku terpental jauh. Sesaat aku batuk-batuk.