"Jelangkung!" timpalku.
"Gagal," ujarnya dan aku mengernyit.
"Tidur di kuburan mendiang!" sergahku.
"Sudah."
"Hasilnya?"
"Berulang kali gagal."
Aku menyandarkan punggung. Kusesap secangkir kopi yang hampir dingin. Sejenak bola mataku memandang langit petang tanpa bulan. Sesaat Bondan menawarkan rokok, aku memantiknya dan menghembuskan asap ke udara. Lalu kudengarkan ia bercerita.
Sejak pindah ke kontrakan baru, Bondan sering diganggu mimpi aneh. Seorang wanita misterius muncul, menawarkan jasa mempertemukannya dengan kekasihnya. Awalnya, Bondan menganggapnya hanya mimpi, tapi lambat laun, kehadiran wanita itu menjadi begitu nyata.
Mula-mula, wanita itu hanya minta imbalan bunga setaman. Bondan setuju. Malamnya, terbukti saat Bondan tertidur ia bertemu dengan kekasihnya. Namun, dari jarak yang tidak dekat.
Pertemuan berikutnya, menjelang sore wanita itu datang lagi, tetapi kali ini ia menunggu tepat di depan pagar kontrakan. Bondan menyambut wanita itu dengan suka cita lengkap dengan membawa imbalan berupa kendil, pasir putih, dan satu pak dupa aroma satu rasa.
Setelah pertemuan itu, saat malam menjelang Bondan tidur lebih awal. Harapannya, supaya dirinya bisa berlama-lama dengan mendiang kekasihnya itu.