Aku membalas ikon dua jari, tiga kali berderet.
"Langsung ke ruang seperti biasa."
Aku membalas lagi dengan ikon kuning vespa diikuti ikon asap berkebul.
Siang itu pemandangan kampus tak begitu ramai seperti hari-hari biasa. Hanya beberapa fotocopy dan loket jual alat tulis yang masih buka. Semilir angin menghantam mukaku. Sejuk sekali udara hari ini. Berbeda sekali dengan di kosku tadi. Ku lihat jam di tangan menunjukan angka sebelas. Aku berlari kecil menuju tangga ke lantai dua tempat di mana ruang sahabat karibku berada. Sesaat kulihat dari bingkai daun pintu yang terbuka Roni dan Pak Saipul menyandarkan diri di antara daun jendela kaca sepertinya mereka sedang mengobrol serius. Roni manggut-manggut memperhatikan.
Tiba-tiba Pak Saipul menoleh, "Eh! Masuk mas," Sapanya.
Aku bergegas masuk, kuraih tangannya dan kutempelkan pada kening sesaat. Roni mengulurkan tangan ke arah Pak Saipul, isyarat kalau Pak Saipul mau berbicara penting.
"Mas! Saya sudah dengar Roni cerita. Masalahnya sekarang, dua minggu lagi jadwal kuliah sudah aktif. Seharusnya sebelum sampean bergerak cerita dulu ke Roni biar urusan tidak runyam!"
"I-iya Pak, maaf Pak. Tapi sa-saya sungk..." Sesaat Pak Saipul memotong.
"Halah! Waktu sudah mepet. Nanti kalian berdua ngobrol." Ujar Pak Saipul sembari meraih tas laptopnya dan bergegas pamit. "Ron! Saya harus segera pulang nanti jam dua ada penerbangan."
"Siap Pak!!!" balas Roni keras.
Seketika ruangan berubah sunyi menyisakan aku dan Roni saling diam berdiri.