Sendok walangkerik sambil geleng-geleng.
"Kamu tahu! Membaca adalah satu sarana untuk membuka cakrawala dunia." Â Ujar Mangkuk datar.
"Iya benar. Tapi gayamu jan persis kayak Garpu."
Sesaat Mangkuk bangun dan merapikan buku bacaannya. Sendok tahu betul kelemahan Mangkuk. Dia tidak mau disamakan seperti Garpu yang punya gaya sok filsuf padahal kuliah di Jurusan Teknik Elektronika. "Wooo... Dobol!!!" sahut Mangkuk tolah-toleh bingung juga apa yang mau dikerjakan.
"Sebagai tuan rumah wajib memuliakan tamu! Wis, duduk manis saja."
Resi ngakak. Kemudian menawarkan.
"Mas Sendok pasti belum pernah merasakan kopi dari Bawean kan?"
"Oo yaa... Pasti kopi khas dari Bawean!"
"Ya... Ndak sih, cuma sebelum berangkat aku cik-racik sendiri. Ya... Barangkali Mas Sendok cocok," ujar Resi dengan tutur yang kental logat Baweannya.
"Boleh." Balas Sendok sumringah. Dan Resi membongkar kardus kecil berisi kopi yang dibungkus dengan plastik 1 kiloan, kemudian meracik kopi itu.
Mangkuk sepertinya penasaran dengan sosok Resi dan mulai bertanya-tanya. "Res! Kamu tuh kenapa kok bisa nyasar kuliah di Malang, Kan bisa tuh kuliah di Gresik, yang dekat sama tempat tinggalmu, bagaimana itu ceritanya?"Â