"Gundulmu. Bukan itu persoalannya. Sembako yang tadi aku beli, cuma kuat bertahan 2 hari. Dobol!"
"Santai Lur," tambah Sendok. "Kalo aku menang, 15 hari aku santai, kamu juga santai. Enggak repot-repot setor tulisan."
"Saranku. Kamu harus balik kucing. Dan pegang Milan," ujar saya tegas.
Sendok masih tetap kukuh. "Aku sudah dikenal sebagai fans Liverpool garis keras. Dan saranmu, maaf. Konyol!"
"Dok. Tak bilangin ya. Don Carlo sudah pasti pakai taktik, gembling. Ini final kali kedua mereka bertemu. Yang jelas, Milan tanpa beban."
"Hais... haaiisss... teorimu enggak mashhookk! Mending, kamu buat teori tepat guna, yang menghasilkan manfaat besar untuk kehidupan,"
"Yawis... Sebagai kanca kentel, hanya itu yang bisa aku berikan. Dan menurutku, itu yang terbaik."
Sendok hanya mengangguk biasa, acuh.
Pertandingan babak pertama sudah mulai. Kedua tim, memilih jual beli serangan. Sedang Sendok acap kali terpantau mengusap kepala. Mulutnya, terlihat komat-kamit. Ada 2 dugaan saya. Pertama, bisa jadi itu doa. Kedua, bisa juga itu ungkapan lirih serupa umpatan. Dua menit sebelum turun minum Kaka dilanggar. Untungnya, di luar kotak titik dua belas. Menghasilkan tendangan bebas. Pirlo ditunjuk sebagai algojo. Bola pun ditendang kencang. Sebagai penjaga gawang berkelas dunia, enteng saja Reina membaca arah bola. Tapi nahas, tiba-tiba saja bola berganti arah. Bahu Inzaghi penyebabnya. Alhasil, bola berganti arah dan gol.
Sendok teriak. "Inzaghi dobooolllll," ujarnya menyalahkan ujung tombak pemain Milan itu. Saya hanya diam mendengarnya. Satu kosong untuk milan. Hingga datang waktu turun minum, Liverpool belum bisa menyamakan kedudukan. Babak pertama, milik milan.
Berikutnya babak kedua dimulai, Liverpool masih dominan menyerang. Peluang emas dari jenderal lapangan tengah Steven Gerrard belum berbuah gol. Muka Sendok mulai pucat. Inisiatif mengganti pemain besaran-besaran dilakukan. Sepertinya, hampir satu RT dimasukan Liverpool. Menit 81 momen menyakitkan, Kaka memberi umpan trobosan, kemudian Inzaghi meresponnya dengan baik. Gol pun terjadi. Kali ini, muka Sendok berkeringat. Lali menunduk lemas. Sebetulnya Liverpool, juga mencetak gol melalui sundulan Kuyt. Tapi hasil masih tetap dua satu sampai 90 menit berakhir. Milan Kampium.