Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Merdeka Besok Saja

7 Agustus 2023   11:26 Diperbarui: 7 Agustus 2023   11:32 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak menunggu waktu lama, mereka pun beranjak. Menuju tepi sungai. Tempat di mana Ki Oemar menyerahkan diri.
"Merdeka! Merdekaa! Merdekaaa!" teriak para pasukan Ki Oemar.

***
Kapten Van der Hok sudah di tepi sungai. Di kanannya ada Letnan De Berg. Para pasukan jongkok membentuk benteng dan siap menembak. Sedang Letnan De Yong di atas perahu bambu bersama tawanan Said dan Amir.

Ki Oemar sudah pula di atas perahu tapi hanya seorang diri, tanpa ada senjata api yang melekat kecuali hanya keris kecil di pergelangan tangan yang tertutup kain serba putih.

Saat perahu mereka bertemu pas di tengah-tengah sungai. Di saat itu pertukaran berlangsung.

"Mati kau Tuan Oemar. Kenapa harus menunggu dan mengorbankan dua anak buahmu," teriak Kapten Van der Hok sembari terbahak-bahak puas. Apa yang dicita-citakan terwujud.

Ki Oemar hanya tersenyum manis mendengar itu. Tidak membalas kata apa pun.
Sesaat suara derik bambu kriek, kriek, terdengar nyaring, menandakan perahu mulai berjalan.

Letnan De Yong mengacungkan pistol.
"Angkat tanganmu Tuan Oemar," perintah Letnan De Yong.
Ki Oemar ikut apa yang diperintahkan. Perahu semakin dekat sekitar jarak tujuh meter.
"Kalian berdua cepat jongkok!" bentak Letnan De Yong kepada Said dan Amir sembari mengacungkan pistol.

Perahu sudah sangat dekat berjarak dua meter. Letnan De Yong mengubah arah pistol ke arah Ki Oemar. Sontak Kapten Van der Hok terkejut.

"Letnan De Yong. Jangan kau lakukan. Itu bagianku," teriak Kapten getir-getir.
Tapi letnan seperti tidak mendengar teriakan kapten. Dia malah mengokang pistol. Mendengar suara itu Kapten menuju bibir sungai.
"Letnan. Aku perintahkan padamu. Arahkan pistol kepada dua tawanan di depanmu!"

Wajah letnan semakin terlihat bengis. Tidak sabar lagi ingin mengeksekusi Tuan Oemar.

"Letnan! Dengarkan aku! Arah pistolmu salah!"
Tiba-tiba muncul suara lirih.
"Masuk air sedalam-dalamnya."
"APA KAU TULI LETNAN!" semakin geram saja Kapten kepada Letnannya itu.
"Aku tidak tuli KAPTEEN!" balas teriak Letnan De Yong sembari membalikkan badan dan arah pistol.
DOR ... DOOR ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun