Siapa bilang menjadi pesepakbola tak bisa kaya-raya dan bisa hidup berfoya-foya selagi aktif di lapangan
hijau? Zaman sekarang, ketika kapital, industri periklanan dan teknologi komunikasi bersatu-padu
"menyetubuhi olahraga, termasuk sepakbola yang saat ini kita bicarakan, maka itu membawa kekayaan
(juga mungkin kesejahteraan) bagi klub dan para pemain sepakbola.
Di Indonesia, walau liga dan kompetisinya masih abal-abal, para pemain mau tak mau mengakui sudah
mengalami peningkatan kesejahteraan. Dari durasi kontrak 1 tahun (liga di Indonesia begitu, durasi kontrak
paling lama setahun sebelum kemudian klub susah payah lagi cari uang), seorang pemain paling tidak bisa
membangun rumah untuk orangtuanya di kampung atau membeli mobil pribadi.
Di era sebelumnya, sulit mencari banyak pemain sepakbola nasional yang sejahtera. Paling-paling nanti
mereka setelah pensiun akan menjadi PNS atau pegawai BUMN/BUMD. Kalau di liga-liga Eropa, dari dulu
pesepakbola sudah bisa menghasilkan duit dari setiap kontrak yang mereka terima.