Aku melompat dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Bukankah aku berjanji akan sarapan bareng dengan Olivier. Pria bermata biru yang aku kenal kemarin petang. Kemarin, kami tidak mengatakan jam berapa akan bertemu, tetapi waktu sarapan di hotel biasanya pada pukul 7 sampai 10. Bergegas kukenakan palazzo hijau tua dan sweatshirt warna coklat.Â
Eh, tunggu dulu. Sepertinya ada pesan yang masuk di ponselku. Ada beberapa pesan, tetapi ada pesan dari nomor tidak dikenal. Ah, nomor telepon Olivier belum tersimpan.
"Good morning, Fiona. Maaf, aku tidak bisa sarapan bareng kamu hari ini. Ada tugas yang mendadak muncul. Aku berangkat sekarang tanpa sarapan. Hope to see you soon."
Tertera pukul 5.30 pesannya terkirim.
Duh, lemas rasanya badanku yang tadi segar setelah guyuran air hangat di kamar mandi.
 Kulangkahkan kaki tanpa semangat, memasuki restoran hotel yang mulai lengang. Ada beberapa meja yang terisi tamu hotel, sebagian lagi sedang dibersihkan dan ditata kembali oleh karyawan hotel. Aku memilih meja di pojok dekat dinding kaca lebar yang mengarah ke pelataran parkir.
Kunikmati pelan-pelan roti dengan taburan coklat dan secangkir cappuccino. Di jalanan terlihat hanya satu dua kendaraan yang melintas. Pagi ini terasa sepi sekali.
Hennie Triana Oberst - DE, 12.03.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H