Refleks kurogoh saku mantelku. Kartu kamarku masih ada ada di dalamnya. "Oh, itu bukan punyaku," ucapku sambil menunjukkan kartu yang kuambil dari saku mantel.Â
"Pasti seseorang telah kehilangan kartunya. Well, lebih baik aku serahkan saja ke resepsionis hotel." Pria itu berkata dengan suara pelan.
"Sepertinya kita menginap di hotel yang sama ya." Pria itu berucap dan berjalan menjajari langkahku.Â
"Sepertinya begitu," ujarku menoleh. Kami berdiri di trotoar sambil menunggu lampu penyeberang jalan berwarna hijau. Ah, mata birunya ikut tersenyum bersama senyum tipis dari bibirnya.
"Olivier."Â
"Oh, hmm. Aku, Fiona," ujarku sambil menyambut uluran tangannya.
"Nice to meet you, Fiona." Olivier menggenggam tanganku agak lama. Sepertinya dia tau aku terlihat gugup. Dia tersenyum menatapku, dengan mata birunya yang lagi-lagi ikut tersenyum.
Apa dia melihat wajahku memerah? Ah, ini kelemahanku. Orang bisa cepat membaca perubahan wajahku.
"Sebentar, aku kembalikan kartu ini." Olivier bergegas menuju meja resepsionis. Sekejap kemudian dia kembali berdiri di depanku.
"Sebetulnya aku ingin mengajakmu makan malam, tapi aku harus pergi makan bersama kolega. Bagaimana kalau besok pagi kita ketemu saat sarapan saja?" Olivier menatapku. Matanya memohon jawabanku.
"Lebih baik begitu. Tadi siang, aku makan agak terlambat dan sekarang ingin tidur." Ucapanku membuat Olivier tertawa.Â