Ada yang bertanya, bagaimana kalau suami marah karena tidak dilayani? Pertanyaan itu tidak bisa serta merta dijawab, "Suami tidak bisa begitu!". Tidak bisa seperti itu.
Kita tidak bisa menyimpulkan lalu memberi jawaban sepihak. Sebab, di situ ada pertanyaan pula, yakni mengapa tidak mau melayani suami? Jadi, untuk menjawab pertanyaan itu harus dengan mendengar kedua belah pihak.
Jadi, sebenarnya, sama saja, bahwa hasrat seksual manusia laki-laki dan manusia perempuan itu tidak semulus jalan tol. Ada saja hal-hal yang bisa menimbulkan hasrat seksual ikut terganggu.
***
Intinya adalah PENGERTIAN. Saling mengerti dan saling memahami, maka akan ada saling menghargai. Mengerti pasangan dan memahami kondisi dan situasi. Pengertian itulah yang membuat pikiran mau mengontrol hasrat seksual.
Kalau ada penolakan dari istri, maka penolakan itu bukanlah masalah utamanya. Penolakan hanyalah efek. Di sini KOMUNIKASIÂ sangat penting.
Sebab, menikahi manusia tidak hanya menikahi tubuhnya, tetapi juga menikahi perasaannya, menikahi pikirannya, dan menikahi seluruh keberadaan dirinya.
Jika hanya ingin menikahi tubuh tanpa peduli dengan pikiran dan perasaannya, maka menikahlah dengan jenazah manusia. Tak ada pikiran. Tak ada perasaan.
Menikahi manusia hidup adalah menikahi keutuhan dirinya yang tidak hanya punya tubuh, tapi juga punya hati dan pikiran. Oleh sebab itu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan merupakan hal penting dalam rumah tangga.
Dengan demikian, istri tidak bersiasat, suami tidak memaksakan. Semua berjalan apa adanya.Â
***