Mohon tunggu...
Heni Anggraini
Heni Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Membuat Artikel Pendidikan dan Keislaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Agama dalam Membangun Karakter Generasi Milenial di Era Globalisasi

26 November 2022   21:00 Diperbarui: 26 November 2022   21:23 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Latar Belakang

Pendidkan Islam merupakan proses untuk mempelajari agama Islam secara detail dan membentuk karakter generasi millennial menjadi sesuai dengan ajaran Islam. Munculnya teknologi yang canggih dapat mempengaruhi karakter mereka karena tidak pernah dibekali dengan ilmu agama. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan guna membentuk karakter (akhlakul karimah).

Banyak generasi millennial pada zaman sekarang yang kurang mau mempelajari ilmu agama Islam. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhinya, dari keluarga, lingkungan, teman dan pergaulan yang salah. Keluarga sebagai sebuah institusi mini yang dapat memberikan pemenuhan kebutuhan anak sebagai makhluk biopsiko- sosio- spiritual dengan pengembangan kepribadiannya. 

Dengan kepedulian keluargalah juga membutuhkan aktualisasi diri anak yang merupakan puncak dari tahap pengembangan diri anak, sebelum anak bersikap dengan hal yang tidak diinginkan.

 Secara idealnya pendidikan agama mempunyau misi untuk meningkatkan keimanan, agar bisa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan nilai-nlai religius dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terlebih di era globalisasi sekarang ini. 

Dengan ciri-ciri media informasi dan internet, generasi millennial sangat terbuka untuk menerima ide-ide dan gagasan-gagasan orang lain. Namun disisi lain, mereka sangat rawan terjangkit oleh hal-hal negative seperti kurang peka terhadap lingkungan sosial, terjebak pada pola hidup bebas, cendrung bersikap individualisme, kurang realistik dan kurang bijak dalam menggunakan media, khususnya media sosial. 

Hal ini merupakan tantangan yang harus dicari solusinya agar generasi millennial tidak terjerumus kepada sesuatu hal yang tidak baik.

Abstrak: Saat ini orang hidup di milenium. Era yang menghadirkan tantangan baru yang harus diubah menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Untuk tantangan membawa berkah bagi siapa pun yang melakukannya. Banyak milenial saat ini yang kurang mau mendalami ilmu agama Islam. 

Hal ini disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti keluarga, lingkungan, teman dan pergaulan yang salah. Keluarga sebagai lembaga mini yang dapat memenuhi kebutuhan anak sebagai makhluk biopsikososial-spiritual dan mengembangkan kepribadiannya.

Bahkan dalam pengasuhan keluarga, aktualisasi diri anak yang merupakan puncak dari fase perkembangan diri anak diperlukan sebelum anak berperilaku dengan cara-cara yang tidak diinginkan. Membesarkan anak membutuhkan kesabaran dan pengetahuan.

Pendidikan Islam dengan berbagai jenis dan jenjang, mulai dari pesantren tradisional informal hingga pesantren modern dengan program yang berbeda dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, secara kelembagaan merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.

 Oleh karena itu pendidikan Islam membantu menghadapi generasi milenial, yaitu orang-orang yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan spiritual dan spiritual kehidupannya. Artikel ini menimbulkan pertanyaan, "Seberapa pentingkah pendidikan agama bagi generasi milenial dan mengapa generasi milenial harus dibekali dengan pendidikan agama?"

Kata Kunci: Pendidikan Islam, Era millennial, Tantangan dan Peluang

Pendahuluan

Idealnya peran pendidikan agama adalah untuk memperkuat keimanan sehingga dapat mendu kung nilai-nilai moral dan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya di era globalisasi saat ini. Dengan karakteristik media informasi dan internet, generasi milenial sangat terbuka terhadap ide dan gagasan orang lain. 

Namun di sisi lain, mereka sangat rentan terhadap hal-hal negatif, seperti berkurang peka terhadap lingkungan sosial, terjebak dalam gaya hidup bebas, cenderung individualistis, tidak realistis dan tidak bijak dalam menyikapi media khususnya media sosial. Ini merupakan tantangan yang harus diselesaikan agar generasi milenial tidak terjerumus pada hal yang tidak baik.

Lingkungan hiruk pikuk kehidupan yang semakin tidak beraturan menjadi alasan perlunya penguatan pendidikan agama sebagai solusi untuk memperbaiki akhlak anak-anak generasi milenial. Karena posisi pendidikan agama di era millenium merupakan jembatan langkah yang dikuatkan anak-anak dalam segala aktivitas negatif, khususnya di era milenium. 

Peran pendidikan agama sangat dibutuhkan dalam pembentukan kepribadian dalam kerangka keimanan dan ketaqwaan, agar generasi milenial menyadari manfaat dan resiko dari perbuatannya.

Pembahasan
Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah proses mempelajari Islam secara detail dan membentuk karakter generasi milenial agar sesuai dengan ajaran Islam. Munculnya teknologi canggih dapat mempengaruhi karakter mereka karena mereka tidak pernah memiliki pengetahuan agama. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam diperlukan untuk membentuk karakter (akhlakul karimah).

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai pertumbuhan yang seimbang dari manusia seutuhnya melalui latihan spiritual, intelektual, emosional dan sensorik. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, spiritual, intelektual, imajinatif (imajiner), fisik, ilmiah, linguistik, baik secara individu maupun kelompok, serta mendorong aspek-aspek tersebut menuju kebaikan dan tercapainya kesempurnaan hidup. 

Pendidikan Islam hanyalah sebagian dari keseluruhan pendidikan Islam. Karena tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dan Islam, yaitu menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang senantiasa dapat bertakwa kepada-Nya dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam konteks sosial bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, orang saleh ini bisa menjadi rahmata lil-alam baik kecil maupun besar, tujuan hidup manusia dalam Islam ini juga bisa disebut sebagai tujuan akhir Islam. Pendidikan. Selain tujuan umum tersebut, ada pula tujuan khusus yang menjelaskan secara lebih rinci apa yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam.

Perbedaan antara pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan pada pembentukan karakter dan kepribadian peserta didik. Dengan proses pembelajaran yang baik, suatu bangsa/negara dapat menularkan nilai-nilai agama, budaya berpikir dan keahlian kepada generasi muda (milenial).

Pendidikan agama Islam pertama-tama harus diajarkan oleh orang tua. Pendidikan agama Islam perlahan-lahan diajarkan dari hal-hal kecil; Didiklah anak berbicara santun, berdoa dan membiasakannya, agar anak terbiasa.


Selain kepedulian keluarga dan kelembagaan, generasi milenial harus diperhatikan saat berhubungan dan menyatu dengan lingkungan. Karena lingkungan merupakan tempat manusia berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya. Jadi otomatis kalau tidak mengenalkan pendidikan Islam.

Anak-anak generasi milenial tidak berperilaku seperti orang yang tidak bermoral sejak dini, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tanggung jawab dan sikap moral. Setiap individu (anak) berpotensi lahir dengan sifat religius, namun potensi tersebut ada tanpa dukungan atau pengaruh dari luar/lingkungan tempat tinggalnya, keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga hampir tidak mungkin berkembang.

Era Millennial

Kata millennium berasal dari bahasa Inggris millennium atau millennium yang berarti seribu tahun (Echols, 1998:380). Milenium adalah istilah untuk waktu setelah era global/modern. Era ini muncul sebagai respon terhadap modernitas yang mengedepankan pandangan nalar, empiris dan materialistis, sekuler, hedonistik, pragmatis dan transaksional, yaitu pandangan yang membedakan antara dunia dan akhirat. Akibatnya, orang bebas bertindak tanpa landasan spiritual, moral, atau agama apa pun. Karena tidak dilandasi moralitas, spiritualitas dan agama, nafsu sangat mempengaruhi manusia.

Praktik ekonomi dan kapitalis dan semangat pemangsa, segala cara untuk membenarkan politik, perdagangan narkoba, pro-LGBT, degradasi ekologis, dll. Karena didukung oleh teknologi yang dikelola oleh kaum milenial. Kehidupan yang demikian ditandai dengan anggapan bahwa semua masalah dapat diselesaikan dengan akal, panca indera dan materi, dibantu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Generasi milenial adalah generasi yang lahir di awal tahun 2000-an. Banyak anak muda saat ini didominasi oleh generasi milenial. Oleh karena itu, pembelajaran pendidikan agama Islam sangat penting bagi generasi milenial agar memiliki karakter yang baik. Pengetahuan umum juga penting, namun sebaiknya diimbangi dengan karakter yang baik.

 Generasi milenial harus mempelajari pendidikan agama Islam sejalan dengan pendidikan umum. Pendidikan agama Islam mempersiapkan peran generasi milenial untuk melanjutkan tugasnya di dunia dan menuai pahala di akhirat. Ajaran agama Islam merupakan tuntunan untuk mengembangkan kepribadian yang baik dan sifat-sifat yang baik. Sehingga generasi milenial dapat menggunakan fasilitas modern sesuai ajaran agama.

Banyak milenial saat ini yang kurang mau mendalami ilmu agama Islam. Sebenarnya hal ini disebabkan banyak faktor yang melibatkan keluarga, lingkungan pertemanan dan pergaulan yang salah. Membangun jembatan dan membesarkan anak adalah proses berwawasan ke depan. 

Orang tua harus memahami bahwa mereka tidak dapat mengontrol setiap momen dari peristiwa yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Oleh karena itu, mereka bisa hadir dengan keahlian dan kemampuan untuk menangani setiap peristiwa tersebut dan menanamkan karakter yang baik pada anak-anak milenial.

Hampir 70% orang tua kurang memperhatikan pendidikan agama anaknya, ada yang khawatir menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan Islam, namun orang tua sendiri tidak memberikan contoh pemanfaatan pendidikan agama. Ketika orang tua memberi contoh dan menerapkannya, anak akan mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya dan menjadi kebiasaan.

Tantangan Di Era Millennial


Selain itu, tantangan milenium terkait dengan sikap dan perilaku manusia yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Saya menyukai kebebasan, 2) menyukai kustomisasi, 3) mempercayai kecepatan informasi instan (siap melayani), 4) menyukai pembelajaran, 5) bekerja dalam lingkungan yang inovatif, 6) berkolaborasi secara aktif, 7) teknologi hiper (Tapscot) , 2008 ),

8) Kritis, yaitu terbiasa berpikir, penuh ide dan gagasan, 9) Percaya diri, yaitu sangat percaya diri, berani mengeluarkan pendapat tanpa ragu, 10) Connected, ini adalah generasi yang khususnya di masyarakat yang dianutnya baik secara sosial , 11) Berselancar di media sosial dan internet (Farouk, 2017, 7), 12) Karena bergantung pada internet dan media sosial, mereka cenderung menjadi malas, tidak dalam, tidak primitif atau tidak mudah bergaul, 13) lemah dalam kohesi, royong, kehangatan lingkungan dan kepedulian sosial dalam nilai, 14) cenderung bebas, barat dan mengabaikan etika dan aturan formal, adat istiadat dan karma.

Dari semua sikap milenial tersebut, hanya Bridges 12-14 yang berhubungan dengan etika kerja, etika dan moral yaitu:

malas, tidak mendalam, tidak membumi, kurang tertarik pada lingkungan, cenderung westernisasi dan melanggar etika. Semua masalah moral ini adalah tanggung jawab Islam.

Esensi dan karakter pendidikan Islam terkait dengan penggunaan waktu, yang juga dapat dilihat dalam pesan Khalifah Umar bin Khattab kepada orang tua: "Didiklah anak-anakmu karena mereka adalah makhluk yang hidup di zaman yang berbeda dengan kehidupanmu." Berdasarkan petunjuk Umar bin Khattab, era milenium atau era dengan kekhasan dan tantangannya.

 Nilai dan sikap positif di era milenial antara lain keinginan untuk belajar, bekerja di lingkungan yang inovatif, kolaborasi aktif, keberanian berbicara tanpa ragu, keterampilan bersosialisasi yang baik. Selain sesuai dengan akhlak Islam, ada juga yang sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter Indonesia yang bersumber dari empat sumber.; tujuan agama, pancasila, budaya dan pendidikan nasional yaitu sikap kerja keras, kreatif, mandiri dan rasa ingin tahu yang demokratis serta menghargai prestasi. (Zubaedah, 2011, 75-76).

Walaupun nilai dan sikap negatif yang muncul di era milenial adalah malas, tidak dalam, sesaat, kebanyakan lemah, secara nilai, kohesi, kebanyakan barat, tidak memperhatikan aturan etika/formal dan bertentangan dengan nilai karakter. pendidikan di Indonesia yaitu religius, toleran, bersahabat/komunikatif, seperti membaca, peduli lingkungan dan peduli sosial.

Nilai-nilai yang lahir di milenium juga diselaraskan dengan nilai-nilai Living Values Dari Diana Pendidikan. , kesederhanaan, toleransi, kebebasan dan persatuan (Hidayatullah, 2018, 128-144). Yang terpenting dalam pendidikan Islam adalah mengupayakan nilai-nilai yang terkandung dalam akhlak Islami, nilai-nilai pendidikan karakter Indonesia, nilai-nilai LVE benar-benar mengakar kuat pada generasi yang hidup di era milenium.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam sangat menekankan akhlak mulia, yang sejalan dengan akhlak yang harus dimiliki oleh masyarakat milenial yaitu akhlak yang biasa-biasa saja. 

Yaitu mengikuti ajaran syariah sebagaimana yang seharusnya diktekan Al-Qur'an dan As-Sunnah, namun dalam praktiknya bisa berjalan beriringan dengan etika, moral, budi pekerti, budaya dan adat istiadat. Esensi dan esensi pendidikan Islam yang memperhatikan pembentukan akhlak mulia, dapat digunakan untuk pendidikan Islam dan mempersiapkan manusia yang siap menghadapi era milenium.

Pendidikan Islam adalah bagian dari semua pendidikan Islam. Karena tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dan Islam, yaitu menciptakan pribadi hamba Allah yang senantiasa dapat bertakwa kepada-Nya dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. 

Dalam konteks sosial masyarakat, rakyat dan negara dapat menjadi lil alam rahmatan baik dalam skala kecil maupun besar. Makna hidup manusia dalam Islam inilah yang juga dapat digambarkan sebagai tujuan pendidikan Islam: pendidikan agama turun-temurun

Milenial lahir melalui pengalaman hidup, sejak lahir, ke dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Semakin religius pengalaman, tindakan, perilaku dan kehidupan pribadi yang sejalan dengan ajaran agama. Pendidikan agama Islam dilakukan sedemikian rupa agar generasi milenial tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang tidak diinginkan dan dapat beretika, akhlak yang baik sesuai dengan pendidikan agama dan negara.

Bibliografi

Ainul, Muchammad Yaqin, 2018, Pendidikan Islam. Vol.9
Al-Abrasy, Mohd. Athiyah, 1974, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, (terj) Bustami A.Gani dan Djohan Bahry L.I.S, dari judul Asl Ial-Tarbiyah al-Islamiyah, Jakarta: Bulan Bintang. cet II
Amir, Jusuf Faisal, 1995, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: GEMA Insani Pers Ariwidodo, Eko. 2014 Nuansa.Vol 11, 2014
Hardivizon, H. "Metode Pembelajaran Rasulullah SAW (Telaah Kualitas Dan Makna Hadis)."
Belajea: Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2 (2017): 101--24. doi:10.29240/bjpi.v2i2.287.
Hardivizon, H., dan A. Anrial. "Tinjauan Terhadap Upaya STAIN Curup Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-Qur'an Mahasiswa." FOKUS Jurnal Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan 1, no. 1 (2016): 67--86. doi:10.29240/jf.v1i1.65.
Hardivizon, Hardivizon. "Telaah Historis-Hermeneutis Hadis-Hadis Tentang Ayah." FOKUS Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan 3, no. 2 (2019): 147--70. doi:10.29240/jf.v3i2.616.
Hardivizon, Hardivizon, dan Mufidah Mufidah. "Emotion Control in The Qur'an: Study of Toshihiko Izutsu's Semantic Approach to Kaim Verses." Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alqur'an Dan Tafsir 6, no. 2 (30 Desember 2021): 221--42. doi:10.32505/at- tibyan.v6i2.3316.
Hardivizon, Hardivizon, Mhd Sholihin, dan Anrial Anrial. "Relasi Agama dan Pilihan Nasabah: Grounded Theory dan Reposisi Agama pada Pilihan Nasabah Bank Syariah di Bengkulu." Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian 4, no. 1 (2016): 1--19. doi:10.15548/turast.v4i1.306.
Hardivizon, dan Muhammad Sholihin. "Hybrid Rationality behind Customers' Choices of the Islamic Banks: An Experience of Bengkulu, Indonesia." Journal of Islamic Thought and Civilization 11, no. 1 (2021): 175--200. doi:10.32350/jitc.111.10.
Hidayatullah, Taufik, Islam dan pendidikan karakter paradigm, pendidikan Living Values Education (Studi kasus disekolah Madani, Jakarta) Sekilak Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nahar, Syamsu, Suhendri, Zailani, dan Hardivizon. "Improving Students' Collaboration Thinking Skill Under the Implementation of the Quantum Teaching Model." International Journal of Instruction 15, no. 3 (2022): 451--64.
Zubaidah (2011) Desain Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Prenada Media. C.e.l

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun