Sampai di bagian ini, rasanya sudah cukup jelas, alasan mengapa edukasi tentang gender perlu diperkenalkan secara luas di lingkungan pondok pesantren. Fokus awal bisa ke edukasi santri perempuan, santriwati.Â
Paham tentang gender artinya membuka cakrawala berpikir yang baru dan komprehensitf tentang status, kedudukan, dan peran perempuan. Santriwati paham gender, artinya santriwati punya kepedulian terhadap masa depan perempuan secara umum.
Gender Vs Kodrat
Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perindungan Anak Republik Indonesia menyebutkan diksi gender dapat dimaknai sebagai perbedaan-perbedaan peran, status, tanggung jawab, dan fungsi perilaku laki-laki dan perempuan yang merupakan konstruksi (rekayasa) sosial.Â
Gender bukan didasarkan pada perbedaan biologis. Sejak kecil kita hidup dalam lingkungan sosial mulai dari yang paling kecil adalah lingkungan keluarga. Dan kita pun hidup dalam lingkungan budaya yang memiliki standar tidak tertulis tentang norma dan nilai serta cara pandang terhadap perempuan. Misalnya pekerjaan membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian, dan sejumlah pekerjaan lainnya dipandang sebagai tugas anak perempuan (istri jika sudah berkeluarga).Â
Cara pandang itu tertanam kuat sejak kecil hingga terbawa dewasa. Seakan tugas perempuan itu seputar dapur, sumur, dan kasur. Itu pemeo yang berkembang di masyarakat.Â
Nah jika kita bicara gender, maka tepatlah contoh-contoh yang barusan saya sebutkan. Padahal peran, tanggung jawab dan perilaku itu bisa juga dilakukan oleh kaum Adam.Â
Kita lihat saja bagaimana profesi yang identik dengan tugas-tugas domestik perempuan justru diisi oleh kaum Adam. Mulai dari profesi pramusaji, petugas hotel, cleaning service, dan beragam pofesi lainnya.Â
Kata kodrat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kekuasaan Tuhan. Makna tersebut jika dilekatkan dengan jenis kelamin, maka dapat diartikan sebagai kekuasaan Tuhan yang tidak bisa kita tentang sebagai makhluk hidup.Â
Kodrat perempuan secara biologis yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Sementara kodrat laki-laki sering diberi contoh secara biologis memiliki sel sperma.Â
Kondisi biologis itu tak mungkin ditentang oleh kita, sebagai makhluk hidup. Siklus kehidupan perempuan pasti mengalami masa menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Kodrat seperti itu tak mungkin dialami oleh kaum laki-laki. Demikian pula, secara biologis sel sperma itu milik kaum laki-laki; dan tak mungkin ada pada perempuan.Â