Dalam kehidupan masyarakat, sering kali terdapat cara pandang yang keliru dalam hal penyebutan kodrat terhadap tugas-tugas domestik rumah tangga. Tugas mencuci, memasak, membersihkan rumah, dan pekerjaan rumah tangga lainnya sering dipandang sebagai kodrat perempuan.Â
Jika ada anak perempuan (baca: istri jika sudah menikah) tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut dianggap melawan kodrat, dipandang tidak patuh dan stigma negatif lainnya.Â
Cara pandang yang keliru, ketidakpahaman masyarakat tentang perbedaan gender dan kodrat itu berdampak banyak pada kehidupan perempuan mulai dari ranah domestik hingga menyentuh area publik.Â
Perempuan menghadapi problem beban ganda, sejak bangun tidur hingga larut malam banyak sekali tugas-tugas domestik yang "harus" diselesaikan oleh perempuan. Beban fisik dan psikis menyertai kehidupan perempuan terlebih jika kaum perempuan juga bergerak dalam sektor usaha dan bekerja sebagai karyawan di instansi pemerintah ataupun swasta.Â
Energi yang dimiliki perempuan harus ekstra dibagi untuk urusan domestik dan pekerjaan. Benar-benar perempuan menghadapi masalah beban ganda yang tentu saja tidak setara dengan kaum laki-laki.Â
Selain problem beban ganda, perspektif bias gender juga berdampak pada kesetaraan memperoleh akses pendidikan, fasilitas kesehatan, kesempatan bekerja/berkarir dan mengembangkan usaha. Dan pada lingkup dunia politik, perspektif bias gender itu berdampak pada kuantitas perempuan yang mengisi jabatan publik di berbagai instansi pemerintahan.
Potret Perempuan Indonesia Hari Ini
Secara global, menurut laporan World Economic Forum tahun 2020 Indeks Kesenjangan Gender yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk mencapai 68,6%. Itu artinya, masyarakat global memiliki tanggung jawab bersama untuk menuntaskan kesenjangan gender sebesar 31,4%.
Global Gender Gap Index mengukur kesenjangan gender mengacu pada empat parameter: kesempatan dan partisipasi ekonomi, kesehatan dan survival, perolehan pendidikan dan pemberdayaan politik.Â
Indonesia menurut laporan WEF tersebut, berada di peringkat ke-85 dari 153 negara dengan skor 0.70. Jika dibandingkan dengan empat negeri jiran, posisi kita masih cukup memprihatinkan. Sebut saja Filipina berada di urutan ke-16, Laos 43, Singapura 54 dan Thailand 75. Namun demikian, posisi negara kita lebih baik dibandingkan Vietnam (87), Bruneai DArussalam (95), Malaysia (104), Myanmar (114), dan Timor Leste (114).Â
Berdasarkan variabel yang diukur, negara kita masih menghadapi kesenjangan di aspek partisipasi dan kesempatan ekonomi sebesar 58% lalu urutan berikutnya yakni soal pemberdayaan politik yang mencapai skor 25%. Laporan WEF tersebut menunjukan untuk variabel kesehatan mencapai skor 96% dan memperoleh pendidikan 97%.Â