Dulu, pada banyak kasus utang yang dihadapi pemda, pinjaman pemda dari bank komersial akan diambil alih oleh China Development Bank untuk menghindari default (gagal bayar). Ini menjadi semacam kotak hitam di mana masalah keuangan pemda dapat disembunyikan dari pandangan publik.Â
Asumsinya Beijing dapat terus mengacak-acak utang pemerintah daerah dengan cara yang memungkinkan pinjaman macet tetap tersembunyi. Risiko terbesar yang bisa terjadi bukanlah krisis keuangan, tetapi pada titik tertentu pemerintah daerah tidak akan lagi memiliki sumber daya keuangan untuk mendanai proyek baru.
Berbeda dengan kasus yang dihadapi Evergrande dimana pihak yang terancam kehilangan uang dari perusahaan real estat terbesar ini adalah pemangku kepentingan (investor) baik lokal maupun internasional dari seluruh dunia, dan termasuk juga institusi serta individu yang membeli properti Evergrande pada saat prapenjualan.
***
Banyak analis yang berpendapat bahwa krisis Evergrande tidak akan memacu krisis ekonomi di negara China karena cengkeraman Beijing yang sangat kuat ke sistem keuangan di negara tersebut. Selama 4 dekade belakangan Beijing sudah teruji mampu keluar dari masalah-masalah keuangan yang mereka hadapi.
Banyak hal yang bisa mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah Evergrande, salah satunya yang telah dilakukan adalah dengan menyuntikkan dana segar ke sistem keuangan negara agar likuiditas tetap terjaga.Â
Sementara disisi lain mereka bisa juga mengambil langkah-langkah mengerdilkan Evergrande seperti yang sudah mereka lakukan terhadap perusahaan raksasa asal China lainnya, Alibaba.
Sisi positif yang bisa diambil dari China dalam beberapa dekade terhakhir adalah bagaimana China dengan luar biasa membangun industri mereka dan merancang sistem keuangan untuk mendanai pembangunannya secara lebih mandiri.
Referensi: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H