Mohon tunggu...
Hendri Winata
Hendri Winata Mohon Tunggu... lainnya -

semoga pintu ilmu selalu terbuka untukku agar terkuak semua kefasihan yang hilang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Istriku,,Sudah Siapkah Kamu Mati?”

5 Oktober 2010   09:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:42 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perkawinan yang baik ialah perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta dan niatan(niat ibadah),aku pernah mengatakan padanya kurang lebih seperti ini “..kita menjalani semua ini karena Allah,ibadah Ismi ada pada Uda,dunia dan akhirat Ismi,Uda lah yang akan menanggung semuanya,jadi jangan Ismi risau hadapi ini semua,ada Uda disisi Ismi,walau Ismi harus mati melawan penyakit ini,Ismi jangan pernah merasa ragu,ikhlaskan apapun yang terjadi pada Ismi,ikhlaskan juga atas apapun pelayanan yang telah dan akan Ismi beri untuk Uda,sehingga Uda ikhlas pula menanggung semua dunia dan akhirat Ismi dan pada akhirnya surga berada atas Ismi dan kelak semoga Udapun bisa mendampingi Ismi disana,,”.Semua itu ku utarakan untuk memperlihatkan betapa seriusnya aku terhadapnya dan untuk menguatkan serta meyakinkannya agar tetap tegar dan tabah dalam menghadapi penyakitnya karena ada aku dengan cinta yang akan menerimanya apa adanya.Semua ucapanku itu ternyata sangat berarti baginya,semangatya semakin bergelora walaupun dalam beberapa hari berikutnya kondisinya semakin menurun dan menurun lagi.

Dibalik semangatnya untuk sembuh ku perhatikan banyak gejala-gejala baru tidak seperti yang telah lalu,kali ini gejala yang tampak adanya pembengkakan pada perut,kaki dan hampir seluruh badan istriku,”aku harus waspada,,”kembali kusiapkan mental dan fisikku sebab aku merasakan adanya indikasi tidak baik yang akan membawa kami untuk kembali di rawat di RSHS.Dalam satu minggu kondisi istriku kian memburuk,dengan perut yang makin membengkak,kondisinya makin tidak karuan setelah 2bulan tidak mengkonsumsi obat-obatan dari dokter.Benar dugaanku,,dengan kondisi seperti itu memaksaku untuk kembali ke RSHS.Disana di poli Rhematologi istriku langsung diperiksa dan langsung tidak diperbolehkan pulang untuk obname kembali disana.Semua kebutuhan telah kupersiapkan sebelumnya sejak awal sejak melihat kondisi istriku yang kian memburuk.

Proses perawatan berjalan lancar dengan banyak bekal pengalaman ketika pertama kali istriku dirawat sebelumnya.Saat itu istriku dirawat di kelaslll ruang 10A,persiapanku cukup matang,sehingga aku tidak menemukan banyak kesulitan dalam mengurus administrasi RSHS saat itu.Istriku pun mulai diperiksa macam-macam,Dokter Ginjal mengatakan bahwa ginjal istriku bocor,Dokter Gastro/pencernaan mengatakan bahwa lambung dan lainnya mengalami pendarahan hebat,Dokter Bedah menambahkan bahwa benjolan yang terdapat pada rahang yang kian membesar itu adalah bukan tumor ganas melainkan cukup jinak hanya dengan membedahnya dan mengeluarkan isinya,Dokter Hemato/darah mengharuskan istriku untuk ditambah beberapa kantong darah sebab terlalu banyak darah yang keluar melalui muntahan dan kotoran akibat dari pendarahan pada pencernaan seperti penjelasan Dokter Gastro,itupun memakai darahku sendiri,karena persediaan darah di PMI tidak memadai.Segala macam obat-obatan keras disuntikan pada istriku,dan yang terkeras saat itu ialah Metilprednisolon yang dosisnya hingga 500mg yang disuntikkan berkala dalam 4kali suntikan melewati vena/nadi istriku.Obat itu memang teramat keras,sehingga membuat istriku buta sementara dan lupa ingatan seperti dahulu lagi.

Melihat kondisi istriku yang kian hari yang kian memburuk dengan selang yang tertancap baik dari hidung,tangan ataupun kemaluan,rasa tak gentar dalam hatiku dalam menghadapi cobaan ini seolah berontak menantang Sang Ilahi ‘Belum cukupkah cobaan yang Engkau berikan untuk kami,,?Apakah masih ada cobaan yang lebih berat lagi dari ini,,?Aku siap menerimanya..!!” teriakku dalam hati seolah menantang suratan tangan.Betul kiranya,tantanganku dijawabNya segera dengan dipersulitnya aku untuk mendapatkan obat-obatan yang dibutuhkan istriku sehingga terjadi pertengkaran hebat antara aku dengan pengurus Depo Farmasi disana yang berbuntut aku mesti dipanggil oleh para direktur RSHS untuk klarifikasi,karena masalah yang ku hadapi kutembuskan ke Gubernur dan DPRD Jawa Barat di Gedung Sate sana.Aku salut juga saat itu,walau kiri kanan media sedang ramai bicarakan korupsi,namun keluhanku benar-benar mereka gubris lewat selembar surat teruntuk direktur RSHS.Sejak masalahku itu,banyak sekali perubahan pelayanan yang kudapatkan,sekarang mereka semua lebih mudah tersenyum walau terkadang mereka paksakan.

Permasalahan yang kuhadapi ketika sulit mendapat obat cukup menyita waktuku bersama istriku di ruang perawatan,walaupun demikian semua usahaku tidak sia-sia.Obat-obatan yang tadinya sulit ku dapatkan akhirnya bisa terpenuhi.Segala upaya pengobatan dilakukan oleh satu team Dokter yang ditunjuk oleh Dr.Rachmad Gunardi yang dikepalai oleh Dr.Iceu. Dr.Rachmad adalah dokter pakar pemerhati Lupus di RSHS,aku pernah ketahuan merokok olehnya,dengan nada yang serius tapi santai dia mengingatkanku,,”Pak,,bapak itu kalau untuk merokok,bapak sanggup untuk membeli rokok,tapi kalau untuk membeli obat,bapak tidak mampu,,?!”hahaha,,aku hanya bisa tertawa dan tersipu malu saat itu,,”lebih baik bapak behenti merokok,,!”sambung Dr.Rachmad,malu rasanya aku,tapi biar lah,toh aku merokoknya Cuma sebatang kok,itupun kakak iparku yang belikan. J

Team Dokter menemui jalan buntu,semua prosedur pengobatan untuk istriku telah dijalankan dengan semestinya,namun istriku tidak memperlihatkan perubahan berarti yang tidak dapat mereka prediksi,justru salah satu anggota team memanggilku untuk berbicara “Maaf pak Hendri,,kami telah berusaha sebaik mungkin,serahkan saja semua urusan ini pada Yang Kuasa,kami harap bapak bisa bersabar dan berdo’a saja,,”itu kata beliau.Aku tersentak mendengar ucapan itu seakan istriku sedang berjuang melawan maut.Namun hatiku tetap keras,aku langsung memotong pembicaranku dengan dokter itu,,”Apapun itu Dok demi istri saya,silahkan Dokter gunakan istri saya sebagai bahan percobaan pengobatan yang mungkin belum pernah diberikan pada pasien Lupus lainnya di rumah sakit ini,seandainya berhasil,semua itu demi pasien Lupus,pabila tidak berhasil,saya menerima semuanya.Al hasil,ucapanku itu menjadi bahan perundingan oleh team dokter,sehingga istriku menjadi pasien pertama yang mengidap penyakit LUPUS yang akan di terapi dengan terapi Kanker Chemotherapy,dengan rencana terapi hingga 12 siklus yang persiklusnya 600-1200mg tergantung kondisi istriku saat itu.Mengetahui apa yang akan dokter lakukan untuk istriku,akupun menyusun kata-kata yang akan ku katakan pada istriku untuk membuatnya tetap bersemangat dalam menuju kesembuhan dan akan menerima dengan ikhlas apabila usaha ini menemui kegagalan.

Dalam kondisi istriku yang terbaring lemas dengan selang disana sini sambil menahan rasa sakit yang ia rasakan,aku berkata padanya.”,,,ismi,,,rencananya dokter akan memberikan terapi kanker untuk ismi,yaah,,mudah-mudahan aja terapi ini berjalan dengan lancar dan sukses,,jika ga berhasil,sudah siap belum ismi meninggalkan dunia ini,,?(sebenarnya yang aku ucapkan saat itu ‘berani ga ismi mati melawan penyakit ismi,,?sudah siap belum?’dan dari ucapanku itulah judul tulisanku ini aku ambil)

“,,,ismi bahagia punya suami kayak uda,,”jawabnya lirih..

“,,trus kalo ismi mati,siapa yang ngurus uda,,?”

“,,jangan pikirin yang macam-macam,yang penting ismi sudah siap dan yakin bahwa surga ada pada ismi jika ismi kalah dalam melawan penyakit ismi,dan yang terpenting ismi ikhlas akan semuanya”sambungku sambil memegang erat tangannya,,

“,,iya Da,,ismi akan ikuti apapun kata uda,kalo ismi dah ga ada nanti,uda ga boleh kawin lagi,,”aku hanya bisa tersenyum dan menjawab”,,ake deh say,,”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun