Mohon tunggu...
Hendri Winata
Hendri Winata Mohon Tunggu... lainnya -

semoga pintu ilmu selalu terbuka untukku agar terkuak semua kefasihan yang hilang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Istriku,,Sudah Siapkah Kamu Mati?”

5 Oktober 2010   09:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:42 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setelah tensi dipriksa,kami disuruh pindah duduk ke meja Dokter yang telah menunggu kami.Dr.Lazuardi yang menghadapi kami saat itu,banyak pertanyaan ini dan itu yang ia ajukan,berbeda sekali dengan dokter di poli alergi yang aku telah salah sangka menilainya.Selesai menjawab semua pertanyaan yang Dr.Lazuardi ajukan,dia lama berfikir untuk menentukan penyakit apa yang diidap oleh ismi yang pada akhirnya mengharuskan ismi untuk chek darah.Pada lembaran pengantar untuk laboratorium tertulis disana tulisan yang hanpir sama dengan judul artikel yang ku baca tadi’SUSPECT LUPUS’ atau yang jika kuartikan sepihak artinya Kecurigaan Mengidap Lupus.Ternyata Dr.Lazuardi curiga dengan apa yang ada pada ismi,namun hanya bisa dipastikan setelah melihat hasil darah nanti.Aku disuruh segera pergi oleh Dr.Lazurdi untuk chek darah ke laboratorium dan kembali besok untuk memperlihatkan hasilnya padanya.Perlahan ku tuntun ismi agar bisa kubawa menuju laboratorium.Kasihan,,lirih hati ini ketika melihatnya,kecantikannya seakan sirna oleh penyakit yang melekat pada istriku.Setibanya di laboratorium,aku segera mengurus segala sesuatunya dan membayar administrasi sebesar -/+Rp.600 ribu.mahal sekali kurasakan saat itu,tapi tak mengapa,yang penting nanti setelah hasil chek darah keluar aku tak kan ragu akan apa yang sebenarnya terjadi pada ismi.Semuanya ditentukan esok hari.

Keesokan harinya aku kembali bersama ismi ke RSHS untuk mengambil hasil laboratorium dan menyerahkannya pada Dr.Lazurdi.Di perjalanan menuju poli ginjal tadi,sepanjang jalan kubaca hasil darah tersebut,terlalu banyak positifnya,dan yang paling menyolok dari hasil itu ialah ANA anti DsDNA positif(+)(+) dua hasilnya.Cemas hati ini rasanaya teringat akan artikel yang kubaca kemarin,bahwa penyakit LUPUS hanya akan dapat dipastikan setelah melihat dari hasil ANA anti DsDNA.Sesampainya di poli ginjal dan hipertensi,kembali kuserahkan hasil darah tsb pada Dr.Lazuardi,ia segera membuat hasil diagnosanya dan membuat selembar kertas rujukan teruntuk poli Rhematholagi.Kecemasanku makin besar ketika itu..Sudahlah,,aku pasrah saja.jika nanti hasil dari diagnosa dokter di Rhematolagi mengatakan istriku mengidap penyakit LUPUS,aku kan menerimanya dengan lapang dada.

Para dokter di Rhematologi ternyata telah terbiasa menangani penyakit semacam yang di idap oleh ismi istriku,mereka begitu cekatan,tanpa ragu mereka menyampaikan padaku bahwa istriku benar mengidap penyakit LUPUS/SLE Systemic Lupus Erythematosus.Ibu Haji kepala poli Rhematologi saat itu,kebetulan orang Sumatera Barat sama sepertiku.Ia iba melihatku,setelah ku ceritakan semua padanya,kukatakan juga bahwa kami masih pengantin baru yang menikah bulan lalu.

“,,sabar yaa,,”kata Ibu Haji

Banyak yang ia tanyakan tentang latar belakang kami,sambil menyambungnya dengan sebuah pertanyaan yang mungkin jarang ia tanyakan pada orang lain.

“,,apakah kamu punya banyak uang,,”Tanya Bu Haji

“,,seperti yang Ibu tahu,saya hanya seorang penjaga toko yang tidak punya banyak uang,,”

“,,memang kenapa Bu,,?”sambungku

Kemudian Ibu Haji memberikan saran untukku,

“,,kamu persiapkan semuanya,LUPUS adalah penyakit yang mahal,jika kamu tidak punya banyak uang,segera urus surat-surat yang menerangkan ketidak mampuanmu,minta ke RT dan RW tempat kamu tinggal,suatu saat kamu pasti akan membutuhkan itu,,”

Aku mengikuti semua apa yang disarankan oleh Bu Haji.Sekarang istriku telah positif mengidap penyakit LUPUS,aku harus tabah menerima semua itu,dan akupun mulai mempelajari segala sesuatunya apapun mengenai LUPUS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun