Mohon tunggu...
Hendri Winata
Hendri Winata Mohon Tunggu... lainnya -

semoga pintu ilmu selalu terbuka untukku agar terkuak semua kefasihan yang hilang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Istriku,,Sudah Siapkah Kamu Mati?”

5 Oktober 2010   09:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:42 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di SYAMSI DHUHA aku asyik membaca mading yang ada disana.”,,hebat ternyata ibu Dian ini rupanya,,”ketusku dalam hati.sebab telah banyak media yang menyorotinya,dengan semangat yang dimiliki oleh Ibu Dian,aku yakin bahwa akupun pasti bisa membuat istriku setegar Ibu Dian.Setelah selesai mendapatkan apa yang kucari dari SYAMSI DHUHA,akupun bergegas pulang ke kampung istriku.

Ku pelajari semua data yang ada,kemudian aku putuskan apabila hingga esok hari ismi masih kejang-kejang dan mengamuk atau meracau,maka dengan apapun caranya ia harus segera ku keluarkan dari rumahnya untuk kembali ku bawa ke RSHS.Ternyata benar,tak perlu menunggu datangnya esok,pada subuh harinya ismi kembali kejang-kejang dan mengamuk,tanpa pikir panjang lagi segera ku bawa ismi menuju UGD RSHS dari cipatat sana dengan menggunakan mobil rental yang entah siapa yang membayarkan ongkosnya pada saat itu.

Ismi berkali-kali kejang dan mengamuk ketika di UGD,aku bercerita pada dokter jaga disana bahwa ismi telah 10hari tidak tidur,makanya pembuluh darah pada matanya pecah karena kelelahan hingga matanya merah seperti itu,kemudian dokter menyuntikan sesuatu pada istriku,dan ismipun segera tertidur pulas hingga lebih dari 15jam dia tertidur.Betapa leganya aku,akupun sempat terduduk dan terkapar nyenyak di Hall RSHs.Satu minggu di ruang perawatan,kondisi ismi sedikit mulai membaik.Beribu terima kasih ku ucapkan untuk ibu Haji yang menyuruhku untuk mempersiapkan segala sesuatunya ketika itu,dengan surat keterangan tidak mampu yang telah ku sediakan lama sebelumnya itu,semua biaya perawatan di tanggaung oleh pemerintah.Dan beribu terima kasih juga untuk dr.Jhony yang spektakuler,seorang Kapten dokter dari AD yang benar-benar 100% dia curahkan semua kemampuannya untuk istriku,Terima kasih Dok,you are The Best…

Fase-fase pengobatan untuk istriku semua dijalani dengan apik,dari mulai EEG.EKG.PA dll semua terlaksana dengan baik.Paru-paru yang tadinya digenangi air kini telah berkurang setelah dilakukan penyedotan.Jaringan otak yang tadinya terganggu,kini sudah berangsur pulih.Saluran cerna yang tidak berespun,kini sudah mulai menjalankan fungsinya,walau aku harus mencongkel tinja yang mengeras pada ujung pencernaannya agar semua kotoran yang ada dapat keluar.Jamur dan bercak nanah pada mulut ismi sudah tidak ada lagi.Pembuluh darah yang pecah pada matanya beberapa hari lagi pasti akan hilang dan kembali normal seperti sedia kala.Dokter kulitpun mengatakan bahwa merah pada muka istriku yang meradang,lambat laun akan hilang setelah menggunakan krimyang dia berikan.Senangnya hatiku,hampir satu bulan aku menemani istriku di Rumah Sakit,ibaratkan pindah tempat tinggal,semua aku lakukan disana,dari mulai mandi,makan,tidur dan hanya mencuci pakaian saja yang tidak ku lakukan disana.

Sekarang istriku sudah bisa kembali berjalan walau harus menggunakan pegangan,ia pun dianjurkan pulang untuk melanjutkan perawatan di rumah dengan se abrek obat untuk dibawa pulang yang salah satunya CELLCEPT,setelah Dr.Jhony bersitegang dengan pihak apotik,akhirnya obat itu di berikan juga oleh apotik,sebab obat itu sangatlah mahal,3jt untuk setiap bulannya,dan istrikupun mendapatkan subsidi dari PT.Askes untuk bisa menggunakan obat itu selama 6 bulan.

Hari-hari baru setelah 2 bulan yang mengerikan kulewati dengan bahagianya,saat-saat indah dalam indahnya berumah tangga kembali kurasakan,tetapi aku masih belum bisa  mengizinkan istriku untuk beraktivitas normal layaknya istri-istri sehat yang lainnya.Betapa sayangnya aku padanya ketika kembali bisa bercanda tertawa seperti sedia kala.Walaupun demikian aku terus mempelajari LUPUS si’peniru ulung’ ini,kenapa kusebut si’peniru ulung’,,?”sebab sebelumnya dokter cukup kewalahan dalam menentukan dan mendiagnosa apa yang sebenarnya diderita oleh istriku.

LUPUS dapat menyerupai segala macam penyakit kronis dengan gejala-gejala ringan maupun berat yang terkadang sangat tidak nyambung dengan penyakit lupus itu sendiri,kalau seandainya ANTI Ds DNA istriku tidak diperiksakan ,niscaya dokter akan mendiagnosa berbagai komplikasi penyakit,bisa paru-paru,bisa hipertensi,bisa ginjal,bisa gangguan otak/epilepsy,alergi atau kelainan kulit,gangguan darah dan bahkan kanker beserta penyakit kronis lainnya,padahal keseluruhan penyakit tiruan itu disebabkan lupus yang sedang aktif yang menyebabkan kacaunya program di tubuh kita,coba bayangkan jika diagnosa dokter ternyata salah dan bukan LUPUS,bisa-bisa untuk mengobati semua penyakit itu mengharuskan kita untuk meminum satu toples obat setiap harinya,,,iiiiih ga kebayang,,

Cellcept adalah obat yang hebat dan mahal,dalam 6bulan istriku jauh lebih baik hingga pasokan obat itu dihentikan dan ditukar dengan obat alternatif lainnya.Awalnya semua baik-baik saja,namun setelah satu minggu meminum obat-obat itu,tak ku sangka mungkin obat itu tidak cocok untuk istriku,sebab dia mulai mengeluh kembali akan sakitnya.Kembali ku ke RSHS untuk membawa istriku control dan berkonsultasi akan keluhan yang ia rasakan.Aku meminta pada dokter agar obat cellcept yang kurasa cocok untuk ismi bisa diberikan kembali,namun sayangnya Pt.Askes sudah tidak dapat lagi membantu dalam memberikan obat itu secara cuma-Cuma,sebab obat itu sudah tidak dicantumkan lagi dalam daftar oleh pemerintah sebagai obat yang ditanggung pemerintah.,mungkin karena harganya yang mahal itu,jadi pemerintah tidak meng’anggarkan obat itu.

Dengan rasa kecewa,berat hati dan dipenuhi oleh rasa was-was kembali,takut jika kalau keluhan istriku menjadi-jadi,aku harus ikuti petunjuk dokter yang mengharuskan melanjutkan penberian obat yang bukan cellcept itu.Memasuki bulan ke 10 setelah istriku dirawat di RSHS,kondisi istriku kembali menurun,dan aku hanya bisa berburuk sangka akan obat pengganti cellcept itu,bahwa obat yang kurasa tidak cocok yang membuat  kondisi istriku kembali menurun.,dengan buruk sangka itulah makanya obat itu kuhentikan,dan untuk membeli cellcept,,,‘jujur,,aku tidak sanggup’

Akhirnya kuputuskan untuk merawat istriku dengan pengobatan alternatif seperti yang banyak disarankan oleh kenalanku dan iklan-iklan di Tv.Waktu itu aku memberikan Propolis untuk di konsumsi dan sesekali terapi akupresur(totok batu),semua itu tidak memuaskan hatiku,namun aku selalu memberikan sugesti yang baik  untuknya bahwa rasa sakit yang ada itu hanyalah reaksi menuju kesembuhan.

Sesering kali aku berkata manis untuk kesembuhannya,sesering itu pulalah hatiku semakin dirulung keraguan akan pengobatan alternative yang aku berikan.Dibalik keraguanku itu tersembunyi rasa kecemasan yang makin hari makin membesar,dan takut kejadian 10bulan lalu kembali terulang menimpa istriku.Sejak saat itu aku mulai membicarakan ini dan itu bersamanya termasuk pembicaraan mengenai arti dalam sebuah perkawinan yang belum sempat aku bicarakan waktu lalu karena sakitnya dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun