Mohon tunggu...
Hendra Wiguna
Hendra Wiguna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan

Seorang yang hobi menulis, mendaki gunung, dan nonton film. Pertama kali menulis adalah saat ingin mengabadikan momen pendakian Gunung Rinjani dalam bentuk buku yang berjudul "ITINERARY: Menggapai Rinjani" yang tayang di berbagai platform baca tulis. Sudah menerbitkan buku horor thriller dengan judul "Jalur Ilegal". Dan sering mengikuti kompetisi novel dan cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Layang-Layang Tak Kunjung Terbang

29 Februari 2024   11:33 Diperbarui: 29 Februari 2024   12:04 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat kemudian.

"Kenapa kamu, Dek?" Seorang pria tua menegurnya. Pak Marwan menghampiri bocah yang menangis di tepi gerbang. Indra pun mengangkat kepalanya. "Oh," ucapannya, sang penjaga sekolah itu mengerti sesuatu.

"A-aku kelas tiga pak, aku takut masuk kelas."

"Kenapa takut? Ayo, bapak antar ke kelas." Pak Marwan meraih tangan Indra. Bocah itu melihat senyum pria tua itu, khas, dengan keriput di sekitar mata yang membuatnya seakan terpejam. Indra pun berdiri, menerima ajakannya.

Dituntunnya Indra berjalan. Rasa takut itu masih ada, tetapi sudah berkurang. Terlihat dari raut wajahnya, lebih tenang, meski gurat dahi masih terkernyit. Di benaknya, ada pak Marwan yang akan menjaganya.

Di pintu kelas tiga. Indra masih di tuntun masuk. Rupanya pria tua itu tidak hanya mengantar sampai sana saja, dipersilahkannya Indra masuk sambil terus memegang tangannya. Bocah itu pun masuk, diikuti Pak Marwan di belakangnya.

Di dalam kelas, belum ada guru terlihat di sana. Indra berjalan di antara murid-murid lain yang sudah terduduk di bangkunya masing-masing, mereka tampak melihat ke arah Indra yang masih malu-malu, mencoba mencari bangku yang kosong.

"Di sana, Dek," tunjuk Pak Marwan.

Penjaga sekolah itu yang masih menggenggam tangan Indra sambil menunjukan bangku yang sudah terisi satu murid. Ternyata itu bocah yang mengajak Indra masuk tadi. Indra pun menghampiri bangku itu, lalu duduk di sebelahnya. Setelah itu, penjaga sekolah pergi meninggalkan Indra duduk berdua dengan bocah tadi.

Indra yang masih malu-malu hanya terdiam melihat Pak Marwan pergi. Hatinya kembali ciut seiring langkah pria tua itu yang berlalu meninggalkan kelas, sampai akhirnya ia menghilang di balik pintu, berganti seorang wanita berkacamata masuk. 

"Tenang, jangan takut!" ujar bocah itu. "Kalau ada yang ganggu kamu, aku lawan!" lanjutnya menegaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun