"Tidak. Bukan siapa-siapa. Lupakan saja!"
Seharian menelusuri hutan dan ketika hari sudah malam mereka belum menempuh setengahnya. Mereka kembali beristirahat di bawah pohon yang akar-akar sangat besar hingga mereka mampu masuk ke dalamnya dan berlindung di sana.Â
Joni merenungi kejadian tadi siang di mana dirinya tiba-tiba saja sakit kepala dan mengingat saat awal menikah dia pernah berselingkuh di area berbatuan itu dengan siput betina bersama Marta. Waktu itu Margaret sangat marah dan pernah akan pergi meninggalkannya. Tetapi, Joni berhasil membujuknya dan berjanji tidak akan melakukannya lagi.Â
Joni merayap mendekati Margaret yang sudah tertidur pulas di dalam cangkang. Dia mengusap-usap cangkangnya, membersihkannya dari kotoran yang menempel, kemudian menciumnya sebelum dia tidur tanpa masuk ke cangkang karena kecambah di kepalanya tak muat di dalam sana.Â
Hari ketiga dan hari-hari selanjutnya, sepertinya si siput tua Joni sudah mulai mengerti dengan apa yang terjadi padanya. Setiap kali dia mengingat kembali suatu momen-momen di masa lalu, dirinya akan merasakan sakit kepala dan akar-akar akan muncul di belakang kepalanya. Bukan hanya momen bersama Margaret atau anak-anaknya, tetapi juga bersama kawan-kawannya yang sangat berkesan dan sudah atau hampir dilupakannya karena faktor umur.Â
Di hari kesepuluh. Daun-daun kecambah sudah memenuhi kepalanya, terhitung ada sembilan kelopak dari yang lebar sampai yang baru tunas, dari yang sudah hijau tua sampai yang hijau muda. Pun akar-akar yang sudah merambat di sekujur tubuh si siput tua Joni hingga menutupi kulit berlendirnya itu. Anehnya akar itu tidak merambat ke cangkang, melainkan masuk ke dalam.Â
Joni sebenarnya malu dengan kondisinya itu. Dia sempat akan pulang saja dan tidak jadi mengunjungi Dr. Richard. Akan tetapi, Margaret yang kesal tidak memperbolehkannya. Karena sudah jauh-jauh dan perjalanan yang sangat lama mereka tempuh. Sungguh sia-sia jika mereka membatalkan kunjungan itu.Â
Tiba di rumah sang dokter burung hantu. Siang itu ternyata sudah banyak para hewan yang juga sedang berkunjung ke sana. Joni sempat berhenti dan ingin pergi saja dari sana, tetapi cegat istrinya dari belakang. Kemudian dengan wajah kesal sang istri menggandengnya, menyeretnya yang tak terlihat seperti seretan saking lambatnya.
Rumah sang dokter merupakan rumah pohon yang besar dan berada di atas. Ada tangga yang dapat digunakan untuk naik tetapi karena Joni dan Margaret adalah dua ekor siput, mereka memilih menuju ke sana dengan merayap di batang pohon. Tentu saja karena kondisi tubuhnya itu menjadi menarik perhatian para hewan lain yang silih berganti datang dan pergi, lalu berkomentar setiap kali berpapasan.
"Ternyata kabar itu benar, si siput Joni jadi zombie," ucap si jangkrik yang kakinya bengkok.
"Wah, ini bukan Zombie, tapi pohon berjalan," kata si katak yang sedang pilek dengan suara serak-seraknya.