"Oh. Lupakan saja." Joni tersipu malu.
"Kau tidak apa-apa? Ada akar yang muncul di belakang kepalamu."Â
"Tidak. Mari kita lanjutkan."
Mereka pun melanjutkan perjalanan. Dan ketika malam tiba, mereka beristirahat di sebuah bangunan di ujung dinding bendungan itu. Margaret dan Joni memakan dedaunan yang berada di sekitar bendungan. Tak susah bagi mereka untuk mengenyangkan perut sebab segala jenis dedaunan hijau adalah makanan mereka. Waktu itu Margaret menyarankan agar kecambah di kepala suaminya itu untuk dimakan berdua. Tapi Joni melarang sebab mereka belum tahu daun beracun atau tidak. Kecurigaannya timbul karena sakit kepala yang dirasakannya. Joni tidak mau Margaret merasakan hal yang sama.Â
Hari kedua. Sama seperti hari sebelumnya, mereka menghindari jalan setapak di tengah hutan itu agar terhindar bertemu dengan hewan-hewan lain. Terkadang mereka merayap pada dahan-dahan pohon, atau di tanah yang banyak sekali daun-daun kering jatuh untuk bersembunyi di baliknya.
Ketika melewati area berbatu, si siput tua itu kembali merasakan sakit kepala yang teramat sangat. Margaret panik dan merayap mendekati suaminya kemudian mengusap-usap belakang kepalanya yang kembali muncul akar. Tanpa mereka sadari daun kecambah itu sudah tambah besar sejak pergi dari perkampungan siput.Â
"Kau tidak apa-apa?" Sekali lagi Margaret bertanya.Â
"Sakit! Jangan kau tanya terus, Marta!"
"Marta? Siapa Marta? Namaku Margaret, Joni."
Joni masih merasakan sakit kepala itu. Dia terdiam tak menjawab pertanyaan istrinya. Sepertinya dia mengingat sesuatu lagi ketika berada di area berbatuan tengah hutan itu. Dan ketika sakit kepala itu hilang, Margaret bertanya kembali.
"Siapa yang kau sebut Marta, Joni. Rasanya aku pernah mendengar nama itu."