Dalam dunia kreatif, kecepatan dan kualitas produksi konten sangatlah penting.
Namun, seringkali para kreator menghadapi masalah seperti menjaga produktivitas dalam waktu yang singkat.
Untuk mengatasi hal ini, teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) seperti ChatGPTÂ (Generative Pre-trained Transformer)Â bisa menjadi solusi yang efektif.
ChatGPT mampu membantu kita menghasilkan konten yang berkualitas dengan cepat dan cukup efisien, sehingga kreator dapat fokus pada hal-hal lain seperti strategi dan kreativitas.
Meski demikian, penggunaan ChatGPT dalam kegiatan kreatif tetap memerlukan pemahaman yang baik tentang teknologi dan kesadaran untuk tidak menggantikan kreativitas manusia sepenuhnya.
Sejak istilah kecerdasan buatan dicetuskan pada tahun 1956, teknologi ini terus berkembang pesat dan menjadi semakin canggih.
Salah satu bentuk kecerdasan buatan yang sangat berkembang akhir-akhir ini adalah AI dalam bentuk ChatGPT.
AI ini merupakan sistem yang dilatih dengan model bahasa dan kemampuan untuk menghasilkan teks yang memadai dan bisa dijadikan acuan.
Saat ini, penggunaan ChatGPT semakin populer dalam industri kreatif karena kemampuannya yang cukup efisien dalam membantu menghasilkan konten.
Meskipun begitu, perlu diingat bahwa teknologi kecerdasan buatan tidak akan sepenuhnya menggantikan kemampuan kreatif manusia dan tetap perlu pengawasan dan penggunaan yang bijak.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan sedikit gambaran tentang penggunaan kecerdasan buatan dalam bentuk ChatGPT pada industri kreatif.
Harapannya, pembaca akan memperoleh pemahaman tentang bagaimana penggunaan ChatGPT dapat membantu mengatasi masalah dalam produksi konten dan penulisan dengan cepat dan efektif.
Selain itu, saya ingin berbagi wawasan dari pengalaman Uji Coba ChatGPT, tentang kelemahan dan kelebihan penggunaan teknologi kecerdasan buatan dan bagaimana penggunaannya harus diimbangi dengan kemampuan kreatif manusia.
Harapan lain, pembaca bisa memahami potensi penggunaan ChatGPT dalam industri kreatif dan dapat mempertimbangkan keuntungan dan risikonya dalam penggunaannya.
Memanfaatkan ChatGPT dalam industri kreatif dapat memberikan solusi dalam proses produksi konten dan penulisan secara cepat dan efektif.
Dengan kemampuannya menghasilkan konten dengan cepat dan efisien, ChatGPT bisa meringankan kreator dari tugas-tugas yang bersifat repetitif dan memungkinkan fokus pada hal-hal lain seperti strategi pengembangan citra sebagai influencer berbasis konten dan kreativitas berbasis ide.
ChatGPT juga bisa membantu meningkatkan efisiensi dalam produksi konten dengan menghasilkan konsep dari ide-ide baru yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan produksi konten secara lebih lanjut.
Sebagai contoh kasus adalah situasi ketika saya mengalami kebuntuan (writer's block) dan kesulitan menghasilkan konsep yang unik meskipun sudah memiliki ide.
Katakanlah topik yang akan ditulis adalah tentang pemadaman listrik.
Saya mengajukan pertanyaan yang spesifik kepada ChatGPT seperti,
"Bisakah kamu membantu saya mengembangkan ide tentang topik pemadaman listrik?"
ChatGPT bisa memberikan jawaban yang relevan.
Tentu saja masih banyak kesalahan atau sesuatu yang kurang akurat, apalagi karena ChatGPT masih dalam proses berkembang dan masih terbatas pada informasi sebelum tahun 2021.
Apalagi soal gaya bahasa yang berkesan kaku karena tidak ada 'nyawa' manusia di dalamnya.
Namun informasi apa pun yang diberikan oleh ChatGPT bisa membantu memicu kreativitas penulis, belum lagi ketika ada sudut pandang lain yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.
Contoh kasus lain adalah ketika saya sedang membantu teman, seorang kreator konten dalam perencanaan produksi video baru untuk ditayangkan di YouTube.
Ia mengalami kesulitan dalam menulis skrip (naskah) dan menghasilkan konsep kreatif untuk kontennya.
Atas saran saya, dia mencoba ChatGPT untuk membantunya dalam proses penulisan skrip.
Ia menuliskan permintaan yang spesifik kepada ChatGPT,
"Buatkan skrip yang menarik dan informatif untuk saya, untuk video pendek tentang bakpia."
Kebetulan saat itu kami akan membuat sebuah konten promosi untuk sebuah merek bakpia baru.
ChatGPT kemudian memberikan jawaban yang relevan dan membantunya menghasilkan skrip yang 'lumayan' dan dalam waktu cepat.
Dengan beberapa penyesuaian di sana-sini (karena beberapa detail tentang bakpia tidak pas), naskah sudah siap dan produksi konten video bisa segera dilaksanakan.
Baca juga:
Cinta Tanpa Batas dengan AI dalam Film Her
Meskipun ChatGPT bisa membantu kita dalam kebutuhan kreatif, namun teknologi AI ini juga memiliki kelemahan dan keterbatasan.
Sebagai contoh, ChatGPT belum sepenuhnya mampu memahami konteks dan tidak memahami emosi yang mungkin terkandung dalam teks dari manusia, sehingga bisa menghasilkan output (hasil keluaran) yang tidak sesuai dengan harapan.
Selain itu, karena pengetahuan ChatGPT dihasilkan antara lain dari data dan pola yang dikumpulkan dari internet, maka ada kemungkinan output yang dihasilkan kurang atau bahkan tidak orisinal dan cenderung mengulang pola-pola yang sudah ada sebelumnya.
Namun begitu, kreator konten bisa mengatasi kelemahan ini dengan menggabungkan kemampuan ChatGPT dengan kemampuannya sendiri dalam menghasilkan ide-ide kreatif yang orisinal, unik, dan menarik.
Sebagai contoh: para kreator bisa mencari pemantik berupa ide dan gagasan, kemudian menggunakan ChatGPT untuk membantu dalam menghasilkan kerangka dasar atau konsep dari sebuah artikel, skrip, atau konten kreatif lainnya, lalu mengembangkannya dengan kembali ke ide-ide kreatif dari kreator sendiri.
Dengan begitu, kelemahan ChatGPT dapat diatasi dan konten yang dihasilkan tetap berkualitas secara cepat dan efektif.
Dalam sebuah makalah bertopik kecerdasan buatan yang diterbitkan tahun 1950, Alan Turing mengatakan bahwa "pada akhir abad ke-20, penggunaan kata-kata dan pendapat umum yang terdidik akan berubah begitu banyak sehingga seseorang dapat berbicara tentang mesin yang berpikir tanpa mengharapkan perdebatan atau protes."
Artinya, Turing meyakini bahwa mesin dapat mencapai tingkat pemikiran yang sama dengan manusia, dan akhirnya menjadi artificial intelligence yang dapat diakui secara umum.
Hal ini menjadi salah satu dasar pemikiran dalam perkembangan teknologi AI.
I believe that at the end of the century the use of words and general educated opinion will have altered so much that one will be able to speak of machines thinking without expecting to be contradicted.
Hal itu nampaknya mulai menjadi kenyataan saat ini, dan akan terus berkembang.
Namun begitu, kecerdasan manusia juga terus berkembang sehingga kita harus bijaksana dalam menjadikan AI, dan ChatGPT yang merupakan salah satu variannya, sebagai pendukung.
Bagi beberapa orang, AI atau ChatGPT mungkin terdengar seperti sesuatu yang sangat futuristik dan kompleks, namun ada satu sudut pandang yang dapat membuatnya terlihat sederhana dan ringan: sebagai teman virtual yang menghibur.
Meskipun hanya berupa kecerdasan buatan, ChatGPT bisa memberikan sebuah bentuk interaksi dengan kita, seperti sebuah percakapan dengan teman.
Dalam konteks kreatif, ini bisa membuka peluang untuk lebih eksploratif dan terkadang lebih spontan dalam penggunaannya.
Dalam era digital yang semakin maju ini, penggunaan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dapat memberikan dampak yang signifikan pada berbagai kegiatan kreatif.
Dengan kecepatan dan kemampuan untuk menghasilkan konten, ChatGPT bisa membantu untuk mengatasi masalah penulisan dan produksi konten dalam waktu yang singkat.
Namun, sekali lagi penggunaan ChatGPT harus diimbangi dengan pemahaman yang baik tentang teknologi dan kesadaran untuk tidak menggantikan kemampuan manusia sepenuhnya.
Sebagai hasilnya, penggunaan AI dalam bentuk ChatGPT dapat membawa manfaat yang berarti pada aktivitas kreatif asalkan digunakan dengan bijak dan seimbang dengan daya cipta manusia.
Baca juga:Â
Kecerdasan Buatan di Indonesia: Melebur Kemanusiaan dan Teknologi
Dalam penggunaan AI seperti ChatGPT untuk kebutuhan kreatif, kita perlu memperhatikan beberapa hal penting.
Pertama, selalu gunakan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti kreativitas manusia.
Kedua, pastikan AI yang digunakan memiliki data training yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan produksi konten yang diinginkan.
Ketiga, jangan lupa untuk selalu mengevaluasi hasil dari ChatGPT dan melakukan koreksi dengan teliti.
Keempat, meskipun penggunaan AI dalam industri kreatif sudah dan akan semakin populer, kita tidak boleh melupakan pentingnya kemampuan manusia dalam memproduksi konten yang berkualitas dan berbobot.
Semoga kiat menggunakan AI dan pengalaman uji coba ChatGPT ini bisa membantu pembaca dalam mempercepat dan memperbaiki produksi konten yang dibutuhkan untuk kebutuhan kreatif. Tetap semangat, selamat bekerja cerdas bersama kecerdasan buatan. (*)
Baca juga:
WFH: Siapa yang Lebih Produktif?
~ H.J.H.J.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H