Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Perjuangan Para Tokoh Muda Indonesia

23 Oktober 2023   07:00 Diperbarui: 23 Oktober 2023   21:42 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi para pahlawan bangsa (sumber: kompas.id/RONY ARIYANTO NUGROHO)

Sejarah mencatat, bahwa para tokoh atau pejuang Indonesia rata-rata tampil di usia muda. Baik yang berjuang di area politik ataupun dengan angkat senjata. Tak main-main, kiprah mereka membuat dunia takjub lantaran memiliki tekad yang luar biasa.

Tak lain adalah demi kemerdekaan bagi bangsanya, Indonesia. Dapatlah kini kita ketahui, bagaimana kiprah para tokoh dan pejuang tersebut selama memperjuangkan tanah airnya;

1. Soekarno

Tepatnya kala sepak terjang Soekarno di dunia pergerakan nasional semakin memuncak. Pada usia 26 tahun, ia berhasil mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) berikut dengan organisasi massa pendukungnya. Gerakan anti kolonialisme pun merebak karenanya.

Dianggap sebagai salah satu partai pelopor pada masa kebangkitan nasional. PNI ditetapkan sebagai partai yang berhaluan nasionalis kala itu, selain Indische Partij. PNI sendiri hadir guna menandingi dominasi politik Hindia Belanda di Indonesia.

Pada usia 29 tahun, Soekarno pun merasakan menjadi tahanan di penjara Banceuy. Lantaran dianggap telah menentang politik Belanda melalui PNI. Kerasnya kehidupan penjara dan masa-masa pengasingan Belanda pun ia jalani sejak usia mudanya.

2. Mohammad Hatta

Perhimpunan Indonesia (PI) yang berdiri di Belanda pun tak luput dari keterlibatan seorang Moh. Hatta. Kala itu Moh. Hatta berusia 25 tahun, dan tercatat sebagai seorang pelajar Indonesia di Eropa.

Aktivitas politiknya tak main-main, karena berhasil menghimpun dukungan para intelektual muda Eropa demi kemerdekaan Indonesia. Hingga membuatnya diadili pada usia 26 tahun, karena tuduhan anti imperialisme di negeri jajahan.

Pertemuannya dengan Soekarno selepas dipenjara di Sukamiskin, membuat kedua tokoh tersebut memilih untuk berkolaborasi. Maka, muncullah istilah dwitunggal Soekarno-Hatta, pada masa-masa selanjutnya.

Bung Hatta mendeskripsikan perjuangannya melalui buku Demokrasi Kita, yang diterbitkan pada tahun 1960.

3. Sutan Syahrir

Sebagai seorang intelektual muda, kiprah Sutan Syahrir dalam urusan politik diplomasi tidaklah main-main. Sama halnya dengan Moh. Hatta, Sutan Syahrir adalah salah satu tokoh penggerak Perhimpunan Indonesia.

Selain itu, ia adalah tokoh dibalik pendirian PNI-Baru usai pembubaran PNI karena faktor internal. Di usia 23 tahun, kiprahnya di dunia politik semakin matang, karena berhasil menghimpun semangat anti kolonialisme di kalangan rakyat jelata.

Pada usia 27 tahun, ia pun merasakan hidup sebagai tahanan bersama Moh. Hatta di Boeven Digul, Papua. Hingga memasuki masa kemerdekaan, Sutan Syahrir pernah menjabat sebagai Perdana Menteri termuda dengan usia 36 tahun.

Karya yang fenomenal Sutan Syahrir selama masa kemerdekaan dituliskannya pada sebuah pamflet, Perjuangan Kita, bulan Oktober 1945.

4. Bung Tomo/Soetomo

Siapa yang tak kenal dengan tokoh satu ini? Seorang pejuang yang tenar kala pertempuran 10 November 1945 di Surabaya meletus. Bung Tomo, dikenal sebagai seorang pemuda yang memiliki tekad perjuangan tinggi. Dimana usianya kala itu adalah 25 tahun.

Bung Tomo berhasil mengorganisasi banyak pejuang di sekitar Surabaya, untuk menggempur Sekutu yang datang bersama Belanda. Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (BPRI) menjadi pasukan utamanya selama masa mempertahankan kemerdekaan.

Pada medio 1955, Bung Tomo pun didaulat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang. Walau dikemudian hari, kiprahnya di arena politik tidak segemilang kala bertempur di medan pertempuran.

5. S.K. Trimurti

Tokoh perempuan ini kiranya tidak main-main kiprahnya selama masa pendudukan Belanda. Dari tangannya, pamflet-pamflet anti penjajahan Belanda disebarluaskan demi penyadaran kepada rakyat Indonesia.

Kesadaran untuk membangkitkan perlawanan terhadap Belanda inilah yang akhirnya membawanya masuk ke bilik penjara Bulu di Semarang. Kala itu usianya menginjak 24 tahun, dan terdata sebagai tokoh pergerakan perempuan di Bandung.

Selanjutnya, perjuangannya dilakukan melalui ruang jurnalistik sebagai medianya. Tujuannya tetap sama, yakni menentang segala aktivitas kolonialisme bangsa asing di negara-negara terjajah.

6. Soedirman

Sebagai seorang Panglima TNI pertama, kiprah Soedirman terbilang luar biasa di medan pertempuran. Bermula dari aksinya di palagan Ambarawa dan pertempuran di sekitar Semarang, ia pun kemudian didaulat sebagai pemimpin TNI pada usia 31 tahun.

Aksi yang tak kalah fenomenal adalah pertempuran gerilya. Sebuah keputusan yang dilakukannya kala Belanda berhasil menguasai Jogjakarta, dan menangkap Soekarno-Hatta.

Selain itu adalah aksi penumpasan PKI-Musso yang melakukan huru-hara di Surakarta dan Madiun berhasil ditumpas olehnya. Soedirman adalah orang nomor satu yang sangat diincar oleh Belanda kala itu.

7. Tan Malaka

Tokoh yang satu ini memang diakui sebagai Bapak Republik Indonesia oleh Moh. Yamin. Lantaran perjuangannya dalam membetuk konsep negara Indonesia dituliskannya dalam buku Naar de Republiek Indonesia pada tahun 1925.

Selain itu, Tan Malaka disebut-sebut sebagai seorang tokoh penting dalam hidup Soekarno, Moh. Hatta, hingga Sutan Syahrir. Tak lain karena pandangan politik dan strategi diplomasi dengan bangsa lain dipadukan olehnya selama berjuang di luar negeri.

Pada usia 30 tahun, Tan Malaka mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok, Thailand pada tahun 1927. Kampanye kemerdekaan Indonesia pun menjadi agenda utama pendirian partai tersebut.

Berkali-kali pula ia ditangkap dan dipenjara oleh Inggris dan Belanda. Selain dari Komintern yang melabelinya sebagai penganut Trotsky. Inilah yang membuatnya berseberangan dengan orang-orang komunis, termasuk dengan Musso.

Walau pada akhirnya ia memutuskan untuk beroposisi dengan pemerintah Soekarno-Hatta hingga akhir hayatnya.

...

Demikian kiranya, kiprah dari para tokoh muda Indonesia di masa lampau. Tentu kita dapat melihat bagaimana sepak terjang para tokoh (pahlawan) tersebut dengan segala pengorbanannya demi kemerdekaan Indonesia.

Bukan hanya berpijak pada kepentingan politik semata, melainkan dengan visi dan misi yang jelas dapat kita nikmati hari ini, yakni kemerdekaan.

Salam damai, dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun