Tokoh perempuan ini kiranya tidak main-main kiprahnya selama masa pendudukan Belanda. Dari tangannya, pamflet-pamflet anti penjajahan Belanda disebarluaskan demi penyadaran kepada rakyat Indonesia.
Kesadaran untuk membangkitkan perlawanan terhadap Belanda inilah yang akhirnya membawanya masuk ke bilik penjara Bulu di Semarang. Kala itu usianya menginjak 24 tahun, dan terdata sebagai tokoh pergerakan perempuan di Bandung.
Selanjutnya, perjuangannya dilakukan melalui ruang jurnalistik sebagai medianya. Tujuannya tetap sama, yakni menentang segala aktivitas kolonialisme bangsa asing di negara-negara terjajah.
6. Soedirman
Sebagai seorang Panglima TNI pertama, kiprah Soedirman terbilang luar biasa di medan pertempuran. Bermula dari aksinya di palagan Ambarawa dan pertempuran di sekitar Semarang, ia pun kemudian didaulat sebagai pemimpin TNI pada usia 31 tahun.
Aksi yang tak kalah fenomenal adalah pertempuran gerilya. Sebuah keputusan yang dilakukannya kala Belanda berhasil menguasai Jogjakarta, dan menangkap Soekarno-Hatta.
Selain itu adalah aksi penumpasan PKI-Musso yang melakukan huru-hara di Surakarta dan Madiun berhasil ditumpas olehnya. Soedirman adalah orang nomor satu yang sangat diincar oleh Belanda kala itu.
7. Tan Malaka
Tokoh yang satu ini memang diakui sebagai Bapak Republik Indonesia oleh Moh. Yamin. Lantaran perjuangannya dalam membetuk konsep negara Indonesia dituliskannya dalam buku Naar de Republiek Indonesia pada tahun 1925.
Selain itu, Tan Malaka disebut-sebut sebagai seorang tokoh penting dalam hidup Soekarno, Moh. Hatta, hingga Sutan Syahrir. Tak lain karena pandangan politik dan strategi diplomasi dengan bangsa lain dipadukan olehnya selama berjuang di luar negeri.
Pada usia 30 tahun, Tan Malaka mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok, Thailand pada tahun 1927. Kampanye kemerdekaan Indonesia pun menjadi agenda utama pendirian partai tersebut.