Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

The Chronicle of Surabaya: Sajian Sejarah Kota dalam Surabaya Vaganza 2024

29 Mei 2024   22:07 Diperbarui: 29 Mei 2024   22:07 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sapaan Cak dan Ning Surabaya serta teatrikal masa kerajaan (foto: dok. pribadi)

Mobil hias ini ada yang menampilkan ikon kota seperti tugu pahlawan, pintu air Jagir, Jembatan Petekan. Ada juga yang membuat replika kereta api yang lengkap dengan asap yang keluar dari cerobongnya. Atau bus sekolah zaman retro, dengan tampilan lagu yang berjudul sama.

Menyesuaikan karakter peserta. Misalnya dari perusahaan penyedia air besih dan produk gula (foto: dok. pribadi)
Menyesuaikan karakter peserta. Misalnya dari perusahaan penyedia air besih dan produk gula (foto: dok. pribadi)

Ada beragam atraksi yang ditampilkan. Dari aneka kostum, tari tradisional, modern dance, badut, atau semacam teatrikal. Seperti Gudang Garam yang mengusung konsep kerajaan. Baik pengiring maupun mobil hias yang super gede, benar-benar dirancang secara apik. Tak salah, ia jadi salah satu peserta yang paling difavoritkan penonton.

Mobil hias dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya menjadi penutup parade. Ciri khas logo Surabaya dengan bentuk ikan Sura dan buaya, menjadi ikon yang tak ketinggalan dalam bentukan mobil hiasnya.

Corak mobil hias dari DInas Lingkungan Hidup yang juga menarik perhatian warga (foto: dok. pribadi)
Corak mobil hias dari DInas Lingkungan Hidup yang juga menarik perhatian warga (foto: dok. pribadi)

Sesi kedua, acara dilanjutkan dengan parade budaya. Sepanjang pengamatan, barangkali secara kuantitas peserta menurun dibandingkan penyelenggaraan tahun sebelumnya. Tapi itupun sudah cukup banyak jika diambil perwakilan komunitas yang ada di Surabaya. Tercatat ada 22 peserta mobil hias  dan 18 peserta pawai budaya.

Penonton yang setia menunggu kehadiran peserta (foto: dok. pribadi)
Penonton yang setia menunggu kehadiran peserta (foto: dok. pribadi)

Di antaranya yang cukup familiar dengan jumlah peserta yang cukup banyak adalah dari warga Bali. Ada juga dari komunitas/keluarga Kawanua, Ende, Ngada, dan suku Sabu (NTT), Ono Niha Nias. Juga ada Himalaya (Himpunan Mahasiswa Lampung), komunitas Sriwijaya (Sumatra Selatan) dan lain-lain. Sementara komunitas luar negeri, ditampilkan dari komunitas warga India.

Komunitas budaya yang tinggal di Surabaya, turut memeriahkan acara (foto: dok. pribadi)
Komunitas budaya yang tinggal di Surabaya, turut memeriahkan acara (foto: dok. pribadi)

Komunitas sekolah juga turut berpartisipasi. Di antaranya adalah SMPN 1 dengan membawakan kreasi busana yang cukup beragam. Ada pula dari peserta komunitas disabilitas yang juga turut pawai memperagakan busana kreasi. Sebagiannya dipandu oleh pendamping yang berada di sisi luar peserta.

Peragaan karya busana, baik etnik maupun kontemporer modern (foto: dok. pribadi)
Peragaan karya busana, baik etnik maupun kontemporer modern (foto: dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun